Biokonversi Limbah Selulosa
Oleh: Yudita
Prihatini Puji Rahma Sari
Jurusan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
Indonesia sesuai dengan letak geografisnya memiliki areal hutan
yang luas sebagai sumber bahan baku kayu, maka Indonesia mempunyai keunggulan
komparatif dalam pengembangan industri pengolahan kayu, khususnya industri pulp
dan kertas (KemenPerindustrian, 2011). Di tengah-tengah produksi kertas yang
semakin melonjak, isu lingkungan menjadi permasalahan utama. Kandungan
selulosa pada kayu merupakan sumber utama penyusun pulp dan kertas.
Proses pembuatan kertas
dari bahan baku serpihan kayu diproses melalui mekanik atau semi-kimia atau
kimia untuk merusak lapisan lignin pada kayu yang akan dimanfaatkan selulosa
kayu yang kemudian menjadi pulp.
gambar 1. perusakan lignin, (silvi, 2011)
Pulp
yang telah dilakukan proses pemutihan selanjutnya diproses kembali menjadi
kertas. Pemanfaatan pulp ini banyak dimanfaatkan sebagai bahan yang lebih
komersil oleh industri serat dan plastic, salah satunya bahan biodegradeble plastic (www.bbpk.go.id), karena pulp mempunyai kandungan selulosa
asetat dan selulosa nitrat. Selulosa asetat merupakan salah satu jenis
polisakarida yang sangat mudah ditemukan dan digunakan dalam berbagai macam
aplikasi seperti filter rokok, membran semi-permeable untuk proses pemisahan,
film, cetakan plastik.
Proses pulp dan kertas
diketahui juga menghasilkan limbah, limbah tersebut terbagi menjadi 3 yaitu
limbah padat, cair dan gas. Limbah ini didapat dari pengolahan pertama sampai
akhir proses pembuatan kertas, perolehan limbah ini dapat dilihat pada alur
utama pada proses pulp dan kertas. Pada proses limbah yang pertama sering
dimanfaatkan untuk pembuatan etanol.
Gambar
2. Alur utama proses pulp dan kertas (Martin, 1998)
Gambar 3. Proses utama produk etanol dari limbah
proses pulp dan kertas (Martin, 1998)
Proses
etanol ini melaui proses biologi (enzimatik dan fermentasi). Limbah proses pulp
dan kertas pada tahap selanjutnya juga bisa dimanfaatkan. Limbah yang paling
melimpah adalah limbah padat berupa sludge (syamsudin, 2007). Jenis limbah ini
berbeda-beda sesuai dengan sumber penghasil limbah, seperti pada tabel berikut:
Tabel 1. Sumber dan jenis limbah padat industri
pulp dan kertas (kemen. Perindustrian, 2011)
Sumber Limbah
|
Jenis Limbah
|
1. Unit penyediaan bahan baku kayu
2. Unit pencucian dan penyaringa pulp
3. Unit pemulihan bahan kimia (CRP)
4. Unit persiapan kertas bekas
5. Unit pengolahan air limbah (IPAL)
6. Unit power plant
|
-
Kulit
dan serbuk kayu, lumpur, pasir
-
Padatansisa
saring (reject)
-
Lumpur
kayu, dreg dan grit
-
Lumpur
serat, plastik, lumpur tinta
-
Lumpur
primer, lumpur sekunder
-
Abu
(fly ash dan bottom ash)
|
Sludge
ini sering diproses menjadi kompos, proses pengomposan dapat diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu sistem terbuka dan tertutup.
Proses terbuka meliputi windrow (kontak udara dilakukan dengan pembalikan) dan
aerated static pile (kontak udara dilakukan dengan pengaliran udara), sedangkan
proses tertutup adalah mekanisme pengomposan berlangsung dalam sistem atau
reaktor tertutup (KemenPerindustrian, 2011).
Proses
pengomposan dari sludge ini berlangsung lama, salah satunya dikarenakan
banyaknya kandungan selulosa (rina, 2008). Peranan penting mikroorganisme
selulotik dalam menghasilkan selulase untuk memutuskan ikatan glukosida beta-1,4
didalam selulosa proses mineralisasi unsur karbon dalam tanah.
Salah
satu mikroorganisme yang digunakan dalam proses pengomposan sludge ini adalah
Trichoderma dari family fungi.
Trichoderma ini dikenal sebagai penghasil enzim hidrolitik, selulase, pektinase
dan xilanase yang mampu mendegradasi polisakarida seperti selulosa. Selain
Trichoderma ada jamur lain yang biasa digunakan untuk pengolahan sludge yaitu
Phanerochaeta chrysosporium yang berperan pula untuk mendegradasi komponen lain
dari dinding sel tanaman yakni selulosa dan hemiselulosa (Wymelenberg, 2006
dalam Rina, 2008).
Secara
enzimatis, mekanisme selulosa yaitu tahap aktifitas oleh enzim C1
(selubiohidrolase) kemudian tahap hidrolase oleh enzim Cx
(endoglukonase) dan β-glukosidase (Reese dkk, 1950 dalam hilda, 2013).
Hidrolisis enzimatik yang sempurna memerlukan 3 tipe enzim (Ikram dkk, 2005)
yaitu:
a. Pengurai polimer selulosa dengan acak
pada ikatan internal α-1,4-glikosida agar terbentuk oligodekstrin dengan
panjang rantai yang bervariasi oleh endo-1,4-β-D-glucanase.
b. Pengurai selulosa dari ujung pereduksi
dan non pereduksi untuk menghasilkan selobiosa dan atau glukosa oleh exo-1,
4-β-D-glucanase.
c. Pengurai selobiosa agar menghasilkan
glukosa oleh β-glucanase.
Selulosa dapat
dihidrolisis menggunakan asam maupun enzim sehingga menjadi glukosa. Mekanisme
hidrolisis selulosa oleh enzim selulase (chapin dkk, 2002):
Gambar 4. Mekanisme hidrolisis selulosa oleh
enzim selulase (Chapin dkk, 2002)
Selulosa
dalam limbah sludge berasal dari bahan baku kertas yang lolos dari proses dan
keluar bersama-sama air limbah. Secara fisik, selulosa berupa serat yang sangat
halus yang sudah tidak dapat didaur ulang kembali. Hasil penelitian yang
dilakukan Rina tahun 2008, terlihat bahwa berdasarkan kandungan karbon total,
pH dan unsur-unsur hara makro yang diteliti menunjukkan adanya potensi dalam
limbah sludge dimanfaatkan sebagai kompos. Kandungan sludge ini selain unsur
hara juga terdapat logam berat karena dari tinta yang terlepas dari bahan
kertas bekas, sehingga sebelum digunakan untuk pengomposan harus dilakukan
kontrol logam berat.
Selain limbahnya (sludge) bisa dimanfaatkan
menjadi pupuk kompos (rina, 2008) tetapi juga pulp-nya bisa digunakan sebagai
bahan biodegradable plastic atau salah satu bahan biobikret dari campuran
limbah cair dari proses pembuatan pulp dan kertas (Syamsudin, 2007).
Perkembangan pemanfaatan limbah yang mengandung selulosa dengan melibatkan agen
mikroorganisme saat ini baru sampai pengomposan, selain dengan pengomposan
selulosa banyak dikonversi atau dimanfaatkan kembali untuk campuran bahan
bangunan, pengganti semen maupun recycle pulp yang mana dilakukan tanpa melalui
bantuan enzim maupun mikroorganisme lain.
DAFTAR PUSTAKA
A.M.MARTIN,
1998. Bioconversion of Waste Materials to Industrial Products. Department of
Biochemistry. Memorial University of Newfoundland. Canada
Chapin III, F.S., P.A. Matson, dan H.A.
Mooney. 2002. Principles of Terrestrial Ecosystem Ecology.
Springer-Verlag New York.
Hilda Chalimatus S.C. 2013. Efektivitas jamur
trichoderma harzianum dan Mikroba kotoran sapi pada pengomposan limbah sludge
pabrik. Tugas Akhir II. Universitas negeri semarang
Ikram-ul-haq, Muhammad Mohsin Javed,
Tehmina Saleem Khan dan Zafar Siddiq. 2005. Cotton Saccharifying Activity of
Cellulases Produced by Coculture of Aspergillus niger and Trichoderma viride.
Res. J. Agric & Biol. Sci.
1(3):241-245.
Kementerian perindustrian. 2011. Pedoman
pemetaan teknologi untuk industri dan pulp.Implementasi konservasi energi dan
pengurangan emisi CO2 di sektor Industri (fase 1).
Reese, E.T., R.G.H., Siu dan H.S.
Levinson. 1950. The Biological degradation of soluble selluloses derivate and
its relationship to the mechanism of cellulose hydrolysis. J Bacteriol. 59
:485-486
Rina. S. Soetopo, Endang RCC. 2008.
Efektivitas Proses Pengomposan Limbah Sludge IPAL Industri Kertas dengan Jamur.
Berita Selulosa. Vol. 43. No. 2. Hal 93 – 100.
Silvi octavia, tatang H. Soerawidjaja, ronny
purwadi, I.D.G. Arsa putrawan. 2011. Pengolahan awal lignoselulosa menggunakan amoniak
untuk meningkatkan perolehan gula fermentasi. Review. Yogyakarta. Prosising
seminar nasional teknik kimia “kejuanga”
Syamsudin, Sri Purwati, & Ike
Rostika, 2007. Pemanfaatan Campuran Limbah Padat Dengan Lindi Hitam Dari
Industri Pulp Dan Kertas Sebagai Bahan Biobriket. Berita Selulosa, Vol. 42,
No. 2, 68-75
www.bbpk.go.id
Wymlemberg, A.V., et
al., 2006. Structure, organization, and transcriptional regulation of a family
of copper radical oxidase genes in the Lignin degrading Phanerochaete
chrysos-porium. Applied and enviromental microbiology. 72(7):4871-4877
Tidak ada komentar:
Posting Komentar