DIVERSIFIKASI
MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum l.) DAN ROSEMARY (Rosmarinus officinalis) SEBAGAI ANTIKETOMBE
Oleh:
Dewi Hafidloh
Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Brawijaya
Dalam aktivitas
sehari-hari hal yang penting untuk diperhatikan adalah kebersihan yang ada pada
diri kita, salah satunya rambut yang dapat mengalami masalah ketombe. Ketombe
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi keseimbangan hormonal terganggu, proses
metabolisme sel tidak sempurna, stres, emosi, dan genetik. Sedangkan faktor
eksternal, meliputi perubahan biokimia pada lapisan epidermis kulit kepala,
peningkatan jumlah dan kerja jamur maupun bakteri, serta reaksi kulit terhadap
penggunaan obat-obatan dan kosmetik tertentu yang disebabkan oleh penggunaan
kosmetik dan obat-obatan topikal. Selain faktor-faktor di atas, ketombe juga
disebabkan oleh faktor iklim. Pada daerah yang iklimnya dingin didapati kasus
ketombe yang meningkat (Harahap, 1990).
Saat ini, khususnya remaja muslimah kebanyakan
menggunakan jilbab sebagai penutup rambut atau para pemuda yang menggunakan
helm sebagai penutup rambut ketika berpergian. Hal itu dapat memicu keluarnya
keringat dikepala dengan cuaca yang panas sehingga menimbulkan ketombe dikulit
kepala. Rambut berketombe dapat mengganggu aktivitas sehari-hari karena
menimbulkan gatal serta menurunkan kepercayaan diri akibat menggaruk-garuk
kepala disaat banyak orang disekitar.
Beberapa senyawa fungistatik yang digunakan sebagai sampo telah terbukti memperbaiki kondisi ketombe. Senyawa aktif utama meliputi turunan imidazol seperti
ketokonazol dan senyawa lain seperti selenium sulfida, zinc pyrithione (ZnPTO), Piroctone Olamine, Cipropirox Olamine, dll. Tujuan utama dari produk antiketombe agar
dapat menghilangkan sisik, mengurangi dan menghambat
pertumbuhan jamur Malassezia (Pityrosporum)
(Prabhamanju, 2009). Penelitian di Jepang melaporkan bahwa zinc pyrithione pada dosis sublethal dilaporkan bersifat
teratogenik dan toksik pada ikan medaka (Bayo, 2005). Pengembangan tanaman obat untuk
mengatasi berbagai masalah kesehatan telah banyak dilakukan. Banyak penelitian
untuk menemukan obat antiketombe yang berasal dari senyawa tanaman misalnya daun
kemangi (Ocimum basilicum L.)
dan daun rosemary (Rosmarinus officinalis).
Kemangi berasal dari Asia dan banyak ditanam sebagai tanaman
hias di negara-negara Mediterania, termasuk Turki (Tada,
1996). Di
Indonesia khususnya di Jawa tanaman ini sering ditemukan dipinggir jalan,
ditempat gersang terbuka dekat pemukiman dan disekitar halaman rumah di
pedesaan. Tananam kemangi ini banyak tumbuh didaerah tropis yang berupa semak,
bercabang banyak dengan tinggi 0,3-1,5 m, dan memiliki bau yang khas (Maryati,
2007). Kemangi bagi masyarakat Indonesia terkenal sebagai lalapan, namun dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini beberapa ilmuan atau
peneliti menemukan berbagai macam khasiat obat dari minyak atsiri kemangi.
Tanaman Kemangi (Ocimum
basilicum L.)
Menurut Morales dan
Simon (1996), kemangi memiliki minyak atsiri yang digunakan dalam makanan,
perasa aromaterapi, parfum, sabun, dan sampo. Daun dan bunga kemangi secara
tradisional digunakan sebagai antispasmodik, aromatik, memperlancar saluran pencernaan,
sakit perut dan obat penguat (Chiej, 1984 ; Lust, 1983; dan Duke, 1985). Keseluruhan
dari tanaman kemangi telah dilaporkan dapat digunakan sebagai obat demam, mual,
perut kembung, radang usus, migren, susah tidur, depresi, kencing nanah,
disentri, dan diare (Chopra, 1986). Secara eksternal, kemangi digunakan sebagai
obat jerawat, sengatan lebah, gigitan ular, infeksi kulit (Martin, 2004).
Minyak atsiri yang terkandung dalam kemangi diantaranya, linalool,
nerol, neral, geraniol, geranial, β-kariofilen, α-trans-bergamotene,
α-epi-kadinol, 1,8-sineole, (Z)-metil siamate, (E)-metil sinamate, metil kavicol
(Blank et al, 2012), eugenol (Dewi,
2013). Salah satu dari minyak atsiri tersebut dapat digunakan sebagai sampo
untuk menghilangkan ketombe. Ketombe merupakan suatu gangguan berupa
pengelupasan kulit mati secara berlebihan di kulit kepala, kadang disertai pula
dengan pruritus (gatal-gatal) dan
peradangan (Toruan, 1989). Penyebab ketombe dapat berupa sekresi kelenjar
keringat yang berlebihan atau adanya peranan mikroorganisme di kulit kepala
yang menghasilkan suatu metabolit yang dapat menginduksi terbentuknya ketombe
di kulit kepala (Harahap, 1990). Mikroorganisme yang diduga sebagai penyebab
utama ketombe adalah Pityrosporum ovale (P.Ovale) atau Malassezia
furfur. Jamur ini sebenarnya merupakan flora normal di kulit kepala, namun
pada kondisi rambut dengan kelenjar minyak berlebih, jamur ini dapat tumbuh
dengan subur (Figueras, 2000). Menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia
(1992), sampo merupakan campuran dari bahan-bahan kimia tertentu yang
dipergunakan untuk mencuci dan membersihkan rambut pada kulit kepala serta
tidak membahayakan kesehatan pemakai. Hasil penelitian Dewi (2013) menunjukkan bahwa
minyak atsiri daun kemangi mempunyai aktivitas antijamur terhadap Malassezia
furfur secara in vitro pada konsentrasi 100% (v/v); 50% (v/v); 25% (v/v); 12,5% (v/v) dan 6,25% (v/v).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa minyak atsiri daun kemangi dimungkinkan mengandung
senyawa yang mempunyai aktivitas terhadap antijamur. Dari beberapa senyawa yang
terkandung dalam minyak atsiri, yang diperkirakan mempunyai aktivitas terhadap Malassezia furfur adalah eugenol.
Eugenol merupakan
senyawa golongan fenol yang juga mempunyai efek sebagai antiseptik. Menurut Siswandono (1995) dalam Maryati
(2007) menjelaskan bahwa mekanisme antibakteri kemungkinan
karena pengikatan senyawa fenol dengan sel
bakteri, kemudian akan mengganggu permeabilitas membran dan proses
transportasi. Hal ini mengakibatkan hilangnya kation dan makromolekul dari sel
sehingga pertumbuhan sel akan terganggu atau mati. Pada konsentrasi rendah senyawa fenol akan
menyebabkan denaturasi
protein dan pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan koagulasi
protein sehingga sel akan mati. Minyak atsiri
daun kemangi lebih
poten terhadap bakteri gram negatif dibanding pada bakteri gram positif.
Hal ini berkaitan dengan permeabilitas
dinding sel bakteri yang dipengaruhi oleh tebal tipisnya lapisan peptidoglikan
dalam dinding sel. Bakteri gram negative mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis,
terdiri dari 1-2 lapisan dan susunan dinding selnya tidak kompak sehingga memiliki
permeabilitas yang cukup tinggi. Bakteri gram positif mempunyai susunan
dinding sel yang kompak dengan lapisan peptidoglikan sebanyak 30 lapis sehingga permeabilitasnya
rendah.
Dengan permeabilitas yang rendah, maka zat
aktif dari minyak atsiri akan mengalami kesulitan untuk menembus membran sel bakteri
gram positif sehingga efek antibakterinya kurang optimal.
Bakteri
gram negatif memiliki konsentrasi lipid yang tinggi di dalam
dinding selnya, dan zat lipid ini akan larut
dalam senyawa alkohol sehingga dengan adanya minyak atsiri daun kemangi yang mengandung eugenol
(turunan
fenol) akan merusak dinding sel bakteri dan
menembus ke dalam sel sehingga sel akan mengalami kerusakan. Pada bakteri gram positif, dengan
adanya senyawa fenolik
maka dinding sel akan mengalami denaturasi protein. Protein menjadi
keras dan beku, pori- pori mengecil sehingga
hanya sedikit dari senyawa eugenol yang mampu menembus dinding sel. Mekanisme
inilah yang mengakibatkan minyak
atsiri daun kemangi lebih poten terhadap bakteri gram negatif disbanding
pada bakteri gram positif.senyawa fenol yang
mempunyai efek antiseptik dan
bekerja dengan merusak membran sel.
Rosemary (Rosmarinus officinalis) merupakan spesies dari family Lamiaceae dan dari genus Rosmarinus. Tanaman tersebut
merupakan rempah-rempah dan
obat herbal yang banyak
digunakan di seluruh dunia karena kandungan minyak atsirinya. Minyak atsiri rosemary mengandung beberapa senyawa pada konsentrasi
yang agak berbeda. Hal ini ditandai dengan dua atau tiga komponen utama pada
konsentrasi yang cukup tinggi (20 sampai 70%) dibandingkan dengan senyawa lain.
Umumnya, komponen utama menentukan sifat-sifat biologis dari minyak esensial
dan dapat bertindak secara sinergis atau mengatur satu sama lain.
Minyak atsiri dari Rosmarinus
officinalis yang
tumbuh di provinsi SiChuan, Cina
telah dilaporkan mengandung 1,8-cineole,
α-pinene, dan β- pinene (Wang et al,
2008). Penelitian yang dilakukan Gachkar
et al. (2007), melaporkan kandungan
utama dari rosemary adalah piperitone, linalol, dan α-pinene. Sedangkan hasil
penelitian dari Graber et al (2010)
menyebutkan kandungan utama dari minyak atsiri rosemary adalah β-mirsen,
kampor, α-pinene, dan 1,8-cineole. Frankel et
al, (1996) menyebutkan bahwa
senyawa dari rosemary, adalah flavon, diterpenes, steroid, triterpen memiliki aktivitas antioksidan terutama terkait dengan dua
diterpenes fenolik: asam karnosat
dan karnosol. Sedangkan senyawa utama yang bertanggung jawab untuk aktivitas
antimikroba adalah
α-pinene, bornyl asetat, kamper dan 1,8-cineole (Daferera, Ziogas, Polissiou,
2000; 2003;. Pintore et
al, 2002).
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tanaman ini memiliki aktivitas antioksidan (Peng et
al., 2005). Minyak atsiri rosemary juga digunakan sebagai antibakteri, antijamur (Oluwatuyi, Kaatz, Gibbons, 2004;
Fernandez-Lopez et al, 2005;.
Kabouche et al, 2005;. Rezzoug,
Boutekedjiret, Allaf, 2005) dan agen antikanker (Leal et al., 2003).
Rosemary banyak tersedia secara komersial yang diproduksi
sebagai sampo dan lotion
untuk perawatan kulit kepala, antiketombe, bahkan banyak produk untuk pertumbuhan rambut (Anusha et al, 2013) dan sebagai aromaterapi (Phil, 2006). Selain
itu rosemary juga dapat digunakan sebagai repelent alami terhadap serangga
seperti nyamuk Aedes aegypti. Repelent adalah zat yang membuat
serangga tidak tertarik terhadap manusia sehingga terhindar dari gigitannya
(Rutledge, 2005).
Tanaman Rosemary
(Rosmarinus officinalis)
Menurut
artikel yang berjudul “Guide To
Aromatherapy and Essential Oils” menyebutkan bahwa rosemary dan kemangi
merupakan minyak atsiri sebegai tanaman “herbaceous”
atau orang Jawa menyebutnya sebagai tanaman “jamu”. Beberepa referensi menunjukkan
bahwa daun rosemary dan kemangi memiliki potensi yang sama yaitu sebagai
antikotembe. Adapun formulasi ekstrak kemangi dan rosemary menjadi bentuk
sediaan antiketombe setidaknya harus mengandung bahan-bahan diantaranya
surfaktan, thickeners, foaming agent
dan conditioning agent. Contoh
formula sampo ditunjukkan pada Tabel 1. (Mottram, 2000).
Dimana
kegunaan dari bahan-bahan tersebut diantaranya adalah sodium
lauril sulfat merupakan detergent yang berfungsi untuk membersihkan kotoran
dikulit kepala. Mekanisme kerjanya dengan
menurunkan tegangan muka antara lemak dan air yang ada di kulit kepala. Cocamidopropyl betaine berperan sebagai surfaktan anionik. Cocamidopropyl betaine merupakan surfaktan sintetsis turunan dari
minyak kelapa dan dimethylaminopropylamine
yang bersifat switer ion. Tetrasodium EDTA
berfungsi sebagai khelating agent atau antioksidan. Penambahan bahan ini agar
senyawa-senyawa yang mudah teroksidasi tetap stabil. Preservative digunakan sebagai pengawet. Parfume berfungsi untuk
memeperbaiki bau agar harum dan menyenagkan saat dipakai. Colour berfungsi agar tampilan sampo menjadi lebih bagus dan
memberikan warna pada sampo. Asam sitat berfungsi sebagai pengatur pH. pH perlu
diatur agar pH sampo dan pH kulit kepala sama. Sodium kloride
berfungsi sebagai pengatur viskositas. Pengaturan viskositas sangat penting
karena berpengaruh pada saat pengisian sampo pada kemasan dan juga saat
pemakaian (Mottram, 2000). Water adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam
sediaan sampo. Fungsi utama air adalah sebagai bahan pelarut. Air juga
berfungsi untuk mengatur viskositas sampo. Minyak atsiri daun Kemangi (Ocimum
basilicum L.) dan Rosemary
(Rosmarinus
officinalis) bisa digunakan sebagai zat aktif pada ketombe, pewarna dan
pewangi. Minyak atsiri kulit jeruk Lime digunakan sebagai penyegar dalam
formulasi sampo.
Tabel 1. Formula Sediaan Sampo
Antiketombe dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dan Rosemary (Rosmarinus
officinalis)
Bahan
(%)
|
Formulasi
Sampoo Antiketombe dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun kemangi
(Ocimum basilicum L.)
dan rosemary (Rosmarinus officinalis)
|
|||
F0
(%
w/w)
|
F1
(%
w/w)
|
F2
(%
w/w)
|
F3
(%
w/w)
|
|
Sodium
Laureth Sulfate (70%A)
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
7,7
|
Cocamidopropyl
Betaine (30%A)
|
2
|
2
|
2
|
2
|
Tetrasodium
EDTA
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
0,1
|
Preservative
(Nipagin)
|
Sesuai kebutuhan
|
Sesuai kebutuhan
|
Sesuai kebutuhan
|
Sesuai kebutuhan
|
Minyak Rosemary
|
Sesuai kebutuhan
|
Sesuai kebutuhan
|
Sesuai kebutuhan
|
Sesuai kebutuhan
|
Minyak Kemangi
|
0
|
15
|
30
|
45
|
Citric
Acid
|
Sampai pH 6
|
Sampai pH 6
|
Sampai pH 6
|
Sampai pH 6
|
NaCl
|
Sesuai kebutuhan
|
Sesuai kebutuhan
|
Sesuai kebutuhan
|
Sesuai kebutuhan
|
Aquades
|
100 ml
|
100 ml
|
100 ml
|
100 ml
|
Keterangan: F0
= Formula sampo tanpa ekstrak daun kemangi dan ekstrak rosemary
F1 = Formula sampo dengan
ekstrak daun kemangi dan ekstrak rosemary 15%
F2 = Formula sampo dengan
ekstrak daun kemangi dan ekstrak rosemary 30%
F3 = Formula sampo dengan
ekstrak daun kemangi dan ekstrak rosemary 45%
Menurut Putra (2009),
menjelaskan bahwa sampo bekerja dengan melepaskan minyak alami rambut. Sebum
adalah minyak yang disekresi oleh folikel rambut yang siap diserap oleh untaian
rambut dan membentuk lapisan pelindung. Sebum melindungi struktur protein
rambut dari kerusakan, tetapi pelindungan ini menyebabkan suatu akibat lain.
Akibat itu adalah rambut cenderung mengumpulkan kotran dan serpihan dari kulit
kepala dan rambut. Surfaktan melepaskan sebum dari poro-pori rambut dan dengan
demikian kotoran pada rambut dapat dilepaskan. Sampo menggunakan jenis
surfaktan yang berbeda yang seimbang untuk menghindari pelepasan minyak alami
rambut secara berlebihan dari rambut.
Mekanisme kimia sampo
yang mendasari pembersihan rambut adalah mirip dengan sabun tradisional. Rambut
yang tidak rusak mempunyai permukaan hidrofobik dimana lemak dari kulit seperti
sebum melekat, tetapi air pertama kali tetap ditolak. Lemak tidak mudah
dilepaskan dari rambut dengan pembilasan menggunakan air tawar. Surfaktan
anionik secara secara substansi menghilangkan ketegangan permukaan antarmuka
dan memperhitungan pemindahan sebum dari pori rambut. Material non polar pada
pori rambut dilarutkan dalam struktur misel surfaktan sampo dan dihilangkan
selama pembilasan. Pembusaan terjadi karena pemijatan sampo pada kulit kepala. Berdasarkan mekanisme di atas dimungkinkan
senyawa dalam tanaman kemangi dan rosemary mengalami mekanisme tersebut sebagai antiketombe.
DAFTAR
PUSTAKA
Blank,
A. F., Yvesmar, R. S. R., José, L. S. de Carvalho, F., Cleverton, A. dos
Santos, M. de Fátima, A. B., Edenilson, dos Santos, N., Péricles, B. A.2012. A
diallel study of yield components and essential oil constituents in basil
(Ocimum basilicum L.). Industrial Crops and Products 38:93– 98.
Chiej, R. 1984.
Encyclopaedia of Medicinal Plants. MacDonald: ISBN 0-356-10541-5.
Chopra, R. N,
Nayar, S. L and Chopra, I. C. 1986. Glossary of Indian Medicinal Plants (
Including the Supplement). Council of Scientific and Industrial Research. New Delhi.
Dewi,
Y. A., Wulanjati, M. P., Saifullah, T. N., Astuti, P. 2013. Formulasi mouthwash
minyak atsiri daun kemangi (ocimum basilicum l.) Serta uji
antibakteri dan antibiofilm terhadap bakteri streptococcus mutans secara
in vitro. Trad. Med. J, Vol. 18(2), p 95-102.
Duke, J. A,
Ayensu, E. S. 1985. Medicinal Plants of China. Reference Publications. Inc. :
ISBN 0-917256-20-4.
Faixova,
Z., Faix, S. 2008. Biological Effects Of Rosemary ( Rosmarinus officinalis L
,./ Essential Oil (A Review). Folia Veterinaria 52, 3-4: 135-139.
Fernández-López,
J. et al. 2005. Antioxidant and antibacterial activities of natural extracts:
application in beef meatballs. Meat
Science, Alicante/Newton Abbot, Vol. 69, No. 3: 371-380.
Figueras
M. J., J. Guarro, J. Gene, and de Hoog., G. S. 2000. Atlas of Clinical Fungi,
2nd ed, vol. 1. Centraalbureau voor Schimmelcultures, Utrecht, The Netherlands.
Gachkar, L., Yadegari, D., Rezaei, M.B.,
Taghizadeh, M., Astaneh, S.A., Rasooli, I., 2007. Chemical and biological
characteristics of Cuminum cyminum and Rosmarinus officinalis essential
oils. Food Chemistry, 102, 898-904.
Graber, M.F., Pérez-Correa, J.R.,
Verdugo, G., Del Valle, J.M., Agosin, E., 2010. Spinning cone column isolation
of rosemary essential oil. Food Control, 21, 615-619.
Harahap, M,
1990. Penyakit kulit. Penerbit: PT Gramedia. Jakarta
Lust, J. 1983.
The Herb Book. Bantam books: ISBN 0-553-23827-2.
Martin, K. W, Ernst, E. 2004. Herbal
medicines for treatment of fungal infections: a systematic review of controlled
clinical trials. Mycoses 47: 87-92.
Maryati,
Fauzia, R. S., Rahayu, T. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun
Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Terhadap Staphylococcus
aureus Dan Escherichia coli. Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas
Farmasi ; Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 8, No. 1: 30 – 38.
Morales, M.R.,
Simon, J.E., 1996. New basil selections with compact inflorescences for the
ornamental market. In: Janick, J. (Ed.), Progress in New Crops. ASHS Press,
Arlington, pp. 543–546.
Mottram,
F.J., Lees, C.E., 2000, Hair Sampoos in Poucher's Perfumes, Cosmetics and
Soaps, 10th Edn, Butler, H. (ed), Kluwer Academic Publishers. Printed in Great
Britain.
Oluwatuyi,
M., Kaatz, G. W., Gibbons, S. 2004. Antibacterial and resistance modifying
activity of Rosmarinus officinalis. Phytochemistry, London/Detroit, Vol. 65, No. 24:3249-3254.
Peng,
Y. et al. 2005. Determination of active components in rosemary by capillary
electrophoresis with electrochemical detection. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, Fujian/Shanghai,
Vol. 39, No. 3-4: 431-437.
Phil MEB, 2006. Yoga, Tai chi, Massage,
Therapies and Healing Remedies.
Prabhamanju, M., S, G, Shankar., K. Babu and M.S.
Ranjith. 2009.
Herbal vs. chemical substances as
antidandruff ingredients: which are more effective in the management of
Dandruff? - An overview. Vol. 5 No 2:8.
Putra, H. 2009. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan
Shampoo Dengan Bhan Baku Sodium Layryl Ether Sulfonat Kapasitas Produksi 8.000
Ton/Tahun. Skripri Diterbitkan. Medan: Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara.
Rutledge, C.R., Day, J.F., 2005.
Mosquito Repellents. URL:http:// edis.ifas.ufl.edu
Tada,
H., Murakami, Y., Omoto, T. et al. Rosmarinic Acid And Related Phenolics In
Hairy Root Cultures Of Ocimum basilicum.
Phytochemistry 42: 431-434, 1996.
Toruan, T. 1989.
Ketombe dan Penanggulangannya. Jakarta : Pustaka.
Wang, W.,Wu, N., Zu, Y.G., Fu. Y.J.,
2008. Antioxidative activity of Rosmarinus officinalis L. essential oil
compared to its main components. Food Chemistry, 108, 1019- 1022.
ijin untuk mengkopi dan mengutip dari blognya.
BalasHapus