Diversifikasi
Minyak Terpentin untuk Pembatas Buku sebagai Aromaterapi, Antibakteri,
Antifungal, dan Antiserangga.
Oleh:
Rekfa Wika Amini
Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Brawijaya
Email: rekfawikaamini@gmail.com
Terpentin merupakan salah satu produk unggulan Perum
Perhutani di Indonesia. Produksi terpentin dari getah pinus sampai dengan
Desember 2012 dilaporkan mencapai 15.340 ton dengan luas hutan pinus sekitar
163.150 hektar [1]. Sedangkan harga minyak terpentin sangat murah. Hal ini
berdampak serius pada kondisi perekonomian petani penyadap getah pinus. Dilaporkan lebih lanjut
oleh Cahyono dkk, bahwa pendapatan petani penyadap getah pinus rata-rata Rp
2.144.700 per tahun atau sekitar Rp 200.000 per bulannya [2]. Minyak terpentin
selama ini kurang pemanfaatannya, umumnya digunakan sebagai pelarut cat. Namun
saat ini, penggunaan minyak terpentin sebagai pelarut cat telah digeser oleh
pelarut dari fraksi minyak bumi [3]. Sehingga perlu dilakukan upaya alternatif
pemanfaatan minyak terpentin (diversifikasi minyak terpentin).
Koleksi perpustakaan yang notabene terbuat dari bahan kertas yang mengandung zat sellulosa
sangat mudah diserang jamur apabila terkontaminasi dengan zat-zat lain dan sangat cepat pertumbuhannya
apabila di area wilayah yang lembab dan sejuk tubuh. Disamping jamur perusak buku lainnya adalah serangga. Serangga berbahaya bagi koleksi bahan perpustakaan dari kertas dan merupakan masalah yang pelik di negara tropis. Serangga
sering diketemukan di berbagai tempat di dalam gedung yang gelap. Mereka biasanya membuat sarang di antara lembar-lembar arsip, buku, rak, almari, laci dan sebagainya. Debu mengandung
bakteri menimbulkan masalah penyakit pernafasan dan kulit sebagai akibat dari
menghirup udara yang terkontaminasi debu [4]. Disamping itu buku yang sudah tua
berbau ‘apek’ sehingga menggangu pembaca. Hal ini menjadi salah satu penyebab
masyarakat jarang ke perpustakaan.
Pada tahun 2000 Nohong
melaporkan komposisi utama minyak terpentin adalah golongan terpenoid sebanyak
60-80% [5]. Beberapa senyawa terpenoid menunjukkan efektivitas penghambatan
pertumbuhan bakteri [6]. Pada tahun 2014 Ulukanli zeynep dkk, melaporkan bahwa
minyak atsiri dari resin pinus, Pinus
brutia dan Pinus pinea memiliki
aktivitas antibakteri, antiserangga, fitotoksik dan antioksidan [7]. Terpetin
juga dapat digunakan sebagai aromaterapi [8].
Berdasarkan masalah
diatas penulis
mempunyai ide membuat pembatas buku (dengan metode oshibana yang dimodifikasi)
yang mengandung minyak pinus (terpentin) yang diblendid minyak kayu putih sehingga
buku bebas dari jamur, bakteri, serangga, serta sebagai aromaterapi (relaksasi)
bagi pembaca buku tersebut. Sehingga masyarakat tertarik membaca buku
diperpustakaan. Ide ini belum pernah dilakukan oleh orang lain sehingga
penelitian langung perlu dilakukan untuk menghasilkan pembatas buku-minyak
pinus/minyak kayu putih berkualitas .
Terpentin
adalah getah dari pohon Pinus (Pinus merkusii) yang kemudian diolah
menjadi terpentin. Minyak terpentin tidak berwarna (jernih), berbau khas.
Minyak terpentin Komponen utama minyak
terpentin ialah α-pinena. Minyak terpentin Indonesia mengandung sekitar 57-86%
α-pinena, 8-12% d-karena dan
golongan monoterpen yang lain dengan jumlah minor [3]. Senyawa ini merupakan senyawa golongan terpenoid
(monoterpen, C10). Struktur dasar dari senyawa ini adalah senyawa golongan
alkena (C=C), bersifat volatil dan sangat non-polar [9]. Pada tahun 2014, Ulukanli Zeynep dkk, melaporkan kandungan
resin pinus P. pinea dan P. Brutia, masing-masing α-pinene (21,39% and 25.40%), β-pinene (9,68% and 9,69%), dan caryophyllene (9,12% dan 4,81%) memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Micrococcus luteus dan Bacillus subtilis, aktivitas
antiserangga terhadap telur Ephestia kuehniell¸ dan aktivitas
fitotoksik terhadap Lactuca sativa, Lepidium sativum, and Portulaca
oleracea.[7]. Campuran minyak pinus dan minyak kayu putih
juga berfungsi sebagai aromaterapi yaitu untuk pernafasan serta menyegarkan
saluran pernafasan hidung dan paru-paru [8].
Gambar 1.Minyak tepentin
Campuran
minyak atsiri yang merupakan gabungan dua atau lebih minyak atsiri tunggal
dengan teknik tertentu. Minyak atsiri blended
lebih efektif daripada minyak tunggal. Ketika teknik pencampuran dan komposisi
pencampuran minyak atisiri tepat,akan menghasilkan efek yang sangat kuat. Interaksi
minyak atsiri tertentu tertentu pada satu sama lain memberikan dinamisasi dan
menunjang satu sama lain untuk menghasilkan efek tertentu [8].
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minyak atsiri satu sama lain.
Salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi sifat-sifat campuran minyak atsiri adalah jenis 'note' dari minyak
tunggal. Jenis note, mengacu pada tingkat penguapan minyak esensial
tunggal. Top note
adalah minyak atsiri yang sangat cepat menguap diudara. Minyak atsiri yang menguap lebih lambat
disebut ‘middle note’ dan
minyak atsiri yang menguap sangat lambat disebut ‘base note’. Minyak terpentin termasuk middle note [8].
Jamur
dapat membusukkan selulosa dalam kertas. Biasanya kertas berubah menjadi kuning, coklat atau bintik-bintik hitam. Disamping membusukkan selulosa, jamur juga merusakkan perekat sertamelengketkan antara satu kertas dengan kertas lainnya. Jamur tumbuh terutama
disebabkan oleh faktor lingkungan,
seperti kelembaban, temperatur dan cahaya. Beberapa jenis jamur memiliki pola perusakan yang berbeda. Ada yang menyerang kulit buku, ada juga yang menyerang cover atau sampul buku.Disamping jamur pada buku perusak lainnya
adalah serangga. Beberapa jenis serangga yang menyerang kertas antara lain rayap, ngengat (silferfish), kutu buku (bookworm),
dan psocids (semacam kutu buku) [4]. Debu
yang bercampur dengan bakteri pada buku menimbulkan berbagai penyakit dari
saluran pernafasan yaitu Pneumoconiosis (penyakitsaluran
pernafasan) maupun penyakit kulit. Buku yang sudah tua juga menghasilkan bau ‘apek’ sehingga
menggangu pembaca [4].
Oshibana
adalah seni merangkai atau menghias dengan bunga atau dedaunan yang dikeringkan
dengan cara ditekan. Oshibana berasal dari bahasa Jepang 'oshi' artinya ditekan dan 'bana' artinya
bunga. Agak mirip dengan herbarium yang murni pengeringan bunga atau tumbuhan
kering dan berwarna kecoklatan, dalam penerapannya oshibana bisa menghasilkan
bunga kering yang masih berwarna aslinya
Prosedur pembuatan pembatas buku sesuai dengan prosedur
pembuatan oshibana dengan beberapa modifikasi. Prosedur sebagai berikut :
Bahan
Minyak pinus, minyak kayu putih, daun dan bunga, gunting, cutter, penjepit / pinset, setrika, kertas buram, busa, kertas minyak, kantung plastik, papan, batu bata, flanel hijau muda.
Tahap pembuatan pembatas
buku
Tahap 1.
Tahap ini dilakukan sesuai
dengan cara pembuatan osibani yang telah dimodifikasi [10] :
Tangkai daun
dan tangkai bunga dipotong sesuai dengan selera. Daun dan bunga disusun sesuai dengan keinginan. Selanjutnya dikeringkan dengan
langkah pengeringan sebagai berikut :
1. 10 lembar kertas buram yang telah
disiapkan
2. selembar busa diletakkan diatas kertas buram.
3. kertas minyak diletakkan diatas busa
4. bunga-bunga / daun disusun diatas kertas minyak
5. 10 lembar kertas buram diletakkan diatasnya
6. diulangi tahap 1-6 hingga 5 kali
7. susunan-susunan tadi dimasukkan didalam plastik klip
8. susunan tersebut dengan plastik klip dipres, kemudian ditutup agar kedap udara
o Hari ke-1 ( susunan bunga tersebut disimpan di dalam alat pengering yang
sudah dipress)
o Hari ke-2 (alat pengering dibuka kemudian bunga dan daun dipindahkan, lalu satu persatu kertas pengering disetrika, bunga dan daun disusun kembali kedalam alat
pengering kemudian dipres kembali dan disimpan)
o Hari 3 (tahapan kerja seperti hari ke-2)
o Hari 4 (bunga tersebut didiamkan)
o Hari 5 (tahapan kerja seperti hari ke-2)
o Hari 6 (bunga tersebut didiamkan)
o Hari 7 (tahapan kerja seperti hari ke-2)
o Hari 8 & 9 (diamkan kembali)
o Hari 10 (dibuka, kemudian dipindahkan ke dalam tempat yang kedap udara)
Setelah
kering membentuk karangan bunga sesuai selera.
Gambar 2. Contoh oshibana dari berbagai bunga
Tahap 2.
Tahap 2 merupakan tahap memasukkan minyak pinus
blended minyak kayu putih ke dalam flanel. Produrnya sebagai berikut.
1. Disiapkan 2 lembar kain flanel berukuran 6 X
15 cm. Seperti gambar berikut
2. diberi campuran minyak pinus dan minyak kayu putih.
3. Dua lembar flannel ditumpuk dan dijahit
4. Rangkaian oshibana (pada tahap 1) ditumpuk kemudian kelilingnya dijahit
5. Dilapisi mika kemudian dipress
6. Dilubangi 1 lubang kecil untuk mengaitkan
pita (30 cm) dan agar minyak atsiri keluar secara perlahan sehingga tercium bau
harum.
7. Pembatas buku siap digunakan
Gambar 3. Contoh pembatas buku.
Daftar Pustaka
[1]. Laporan tahunan Perum Perhutani, 2012, Pemantapan proses bisnis menuju
perhutani ekselen, diakses melalui http://perumperhutani.com/wp-content/uploads/2013/07/ARA_Perhutani_2012_LOW.pdf pada
tanggal 11 April 2015
[2]. S. Andy Cahyono, Nur Ainun Jariyah, dan Yonky
Indrajaya , 2006, Karakteristik Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Pendapatan
Rumah Tangga Penyadap Getah Pinus Di Desa Somagede, Kebumen, Jawa Tengah, Jurnal
Penelitian Sosial Ekonomi, 3
(2), 1-18, diakses melalui http://www.forda-mof.org/index.php/content/jurnal/26/2006/
pada tanggal 11 April 2015.
[3]. Masruri, Muchalal, M., dan Purwono, B., 2001,
A study of reaction and aquaregia, Naskah Publikasi, Jurusan Kimia
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
[4]. Indah Purwani, 2014, Fakta Tentang Jamur dan Debu Buku di PerpustakaanBahaya yang mengancam koleksi dan kesehatan
pustakawan, Visi
Pustaka, 16 (1), 86-95.
[5].
Nohong, Muchalal, M., dan Retno, D.S., 2000 ,Oxidation of alpha-pinena produced from turpuntine oils by using flow
of oxygen gas with NaX-Zeolit as catalyst, Naskah Publikasi, Jurusan Kimia Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
[6]. I.W.G.Gunawan, I.G.A.Gede Bawa,
N.L.Sutrisnayanti, 2008, Isolasi
dan identifikasi senyawa terpenoid yang
aktif antibakteri pada herba meniran (Phyllanthus
niruni Linn), Jurnal kimia,
1, 31-39.
[7]. Ulukanli Zeynep , Karabörklü Salih,
Bozok Fuat, Ates Burhan, Erdogan Selim , Cenet Menderes, Karaaslan Merve Göksin, 2014, Chemical Composition, Antimicrobial, Insecticidal,
PhytotoxicAnd Antioxidant Activities Of Mediterranean Pinus Brutia And Pinus Pinea Resin Essential Oils, Chinese Journal Of Natural Medicines, 12(12): 0901-0910.
[8]. Aromateraphy by biosentials, diakses melalui http://www.biossentials.com/catalogue/spa-collection-range/Biossentials-essential-oils-blend.pdf pada
tanggal 11 April 2015.
[9]. Masruri dan Arie Srihardyastuti, 2005, Reaksi Asiloksilasi
Hidroksilasi terhadap Alfa-Pinena: Pemanfaatan Produk Reaksinya sebagai
Penghambat Pertumbuhan Bakteri Staphllococcus aureus dan Escherichia coli, Natural Jurnal, 9 (1) , 6-11.
[10].Naya, 2013, Cara pembuatan oshibana, diakses melalui exo-http://www.khusnayo.blogspot.com/2013/11/cara-membuat-oshibana.html pada tanggal 11 April 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar