Sabtu, 13 Juni 2015

Diversifikasi Minyak Terpentin untuk Pembatas Buku sebagai Aromaterapi, Antibakteri, Antifungal, dan Antiserangga

Diversifikasi Minyak Terpentin untuk Pembatas Buku sebagai Aromaterapi, Antibakteri, Antifungal, dan Antiserangga.

Oleh: Rekfa Wika Amini
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya

Terpentin merupakan salah satu produk unggulan Perum Perhutani di Indonesia. Produksi terpentin dari getah pinus sampai dengan Desember 2012 dilaporkan mencapai 15.340 ton dengan luas hutan pinus sekitar 163.150 hektar [1]. Sedangkan harga minyak terpentin sangat murah. Hal ini berdampak serius pada kondisi perekonomian petani  penyadap getah pinus. Dilaporkan lebih lanjut oleh Cahyono dkk, bahwa pendapatan petani penyadap getah pinus rata-rata Rp 2.144.700 per tahun atau sekitar Rp 200.000 per bulannya [2]. Minyak terpentin selama ini kurang pemanfaatannya, umumnya digunakan sebagai pelarut cat. Namun saat ini, penggunaan minyak terpentin sebagai pelarut cat telah digeser oleh pelarut dari fraksi minyak bumi [3]. Sehingga perlu dilakukan upaya alternatif pemanfaatan minyak terpentin (diversifikasi minyak terpentin).
Koleksi perpustakaan yang notabene terbuat dari bahan kertas yang mengandung zat sellulosa sangat mudah diserang jamur apabila terkontaminasi dengan zat-zat lain dan sangat cepat pertumbuhannya apabila di area wilayah yang lembab dan sejuk tubuh. Disamping jamur perusak buku lainnya adalah serangga. Serangga berbahaya bagi koleksi bahan perpustakaan dari kertas dan merupakan masalah yang pelik di negara tropis. Serangga sering diketemukan di berbagai tempat di dalam gedung yang gelap. Mereka biasanya membuat sarang di antara lembar-lembar arsip, buku, rak, almari, laci dan sebagainya. Debu mengandung bakteri menimbulkan masalah penyakit pernafasan dan kulit sebagai akibat dari menghirup udara yang terkontaminasi debu [4]. Disamping itu buku yang sudah tua berbau ‘apek’ sehingga menggangu pembaca. Hal ini menjadi salah satu penyebab masyarakat jarang ke perpustakaan.
Pada tahun 2000 Nohong melaporkan komposisi utama minyak terpentin adalah golongan terpenoid sebanyak 60-80% [5]. Beberapa senyawa terpenoid menunjukkan efektivitas penghambatan pertumbuhan bakteri [6]. Pada tahun 2014 Ulukanli zeynep dkk, melaporkan bahwa minyak atsiri dari resin pinus, Pinus brutia dan Pinus pinea memiliki aktivitas antibakteri, antiserangga, fitotoksik dan antioksidan [7]. Terpetin juga dapat digunakan sebagai aromaterapi [8].
Berdasarkan masalah diatas penulis mempunyai ide membuat pembatas buku (dengan metode oshibana yang dimodifikasi) yang mengandung minyak pinus (terpentin) yang diblendid minyak kayu putih sehingga buku bebas dari jamur, bakteri, serangga, serta sebagai aromaterapi (relaksasi) bagi pembaca buku tersebut. Sehingga masyarakat tertarik membaca buku diperpustakaan. Ide ini belum pernah dilakukan oleh orang lain sehingga penelitian langung perlu dilakukan untuk menghasilkan pembatas buku-minyak pinus/minyak kayu putih berkualitas .
Terpentin adalah getah dari pohon Pinus (Pinus merkusii) yang kemudian diolah menjadi terpentin. Minyak terpentin tidak berwarna (jernih), berbau khas. Minyak terpentin  Komponen utama minyak terpentin ialah α-pinena. Minyak terpentin Indonesia mengandung sekitar 57-86% α-pinena, 8-12% d-karena dan golongan monoterpen yang lain dengan jumlah minor [3]. Senyawa ini merupakan senyawa golongan terpenoid (monoterpen, C10). Struktur dasar dari senyawa ini adalah senyawa golongan alkena (C=C), bersifat volatil dan sangat non-polar [9]. Pada tahun 2014, Ulukanli Zeynep dkk, melaporkan kandungan resin pinus P. pinea dan P. Brutia, masing-masing α-pinene (21,39% and 25.40%), β-pinene (9,68% and 9,69%), dan caryophyllene (9,12% dan 4,81%) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Micrococcus luteus dan Bacillus subtilis, aktivitas antiserangga terhadap telur Ephestia kuehniell¸ dan aktivitas fitotoksik terhadap Lactuca sativa, Lepidium sativum, and Portulaca oleracea.[7]. Campuran minyak pinus dan minyak kayu putih juga berfungsi sebagai aromaterapi yaitu untuk pernafasan serta menyegarkan saluran pernafasan hidung dan paru-paru [8].

Gambar 1.Minyak tepentin
         Campuran minyak atsiri yang merupakan gabungan dua atau lebih minyak atsiri tunggal dengan teknik tertentu. Minyak atsiri blended lebih efektif daripada minyak tunggal. Ketika teknik pencampuran dan komposisi pencampuran minyak atisiri tepat,akan menghasilkan efek yang sangat kuat. Interaksi minyak atsiri tertentu tertentu pada satu sama lain memberikan dinamisasi dan menunjang satu sama lain untuk menghasilkan efek tertentu [8].
          Ada beberapa faktor yang mempengaruhi minyak atsiri satu sama lain. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi sifat-sifat campuran minyak atsiri adalah jenis 'note' dari minyak tunggal. Jenis note, mengacu pada tingkat penguapan minyak esensial tunggal. Top note adalah minyak atsiri yang sangat cepat menguap diudara. Minyak atsiri yang menguap lebih lambat disebut ‘middle note’ dan minyak atsiri yang menguap sangat lambat disebut ‘base note’. Minyak terpentin termasuk middle note [8].
         Jamur dapat membusukkan selulosa dalam kertas. Biasanya kertas berubah menjadi kuning, coklat atau bintik-bintik hitam. Disamping membusukkan selulosa, jamur juga merusakkan perekat sertamelengketkan antara satu kertas dengan kertas lainnya. Jamur tumbuh terutama disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti kelembaban, temperatur dan cahaya. Beberapa jenis jamur memiliki pola perusakan yang berbeda. Ada yang menyerang kulit buku, ada juga yang menyerang cover atau sampul buku.Disamping jamur pada buku perusak lainnya adalah serangga. Beberapa jenis serangga yang menyerang kertas antara lain rayap, ngengat (silferfish), kutu buku (bookworm), dan psocids (semacam kutu buku) [4]. Debu yang bercampur dengan bakteri pada buku menimbulkan berbagai penyakit dari saluran pernafasan yaitu Pneumoconiosis (penyakitsaluran pernafasan) maupun penyakit kulit. Buku yang sudah tua juga menghasilkan bau ‘apek’ sehingga menggangu pembaca [4].
         Oshibana adalah seni merangkai atau menghias dengan bunga atau dedaunan yang dikeringkan dengan cara ditekan. Oshibana berasal dari bahasa Jepang 'oshi' artinya ditekan dan 'bana' artinya bunga. Agak mirip dengan herbarium yang murni pengeringan bunga atau tumbuhan kering dan berwarna kecoklatan, dalam penerapannya oshibana bisa menghasilkan bunga kering yang masih berwarna aslinya
Prosedur pembuatan pembatas buku sesuai dengan prosedur pembuatan oshibana dengan beberapa modifikasi. Prosedur sebagai berikut :
Bahan
Minyak pinus, minyak kayu putih, daun dan bunga, gunting, cutter, penjepit / pinset, setrika, kertas buram, busa, kertas minyak, kantung plastik, papan, batu bata, flanel hijau muda.
Tahap pembuatan pembatas buku
Tahap 1.
            Tahap ini dilakukan sesuai dengan cara pembuatan osibani yang telah dimodifikasi [10] :
Tangkai daun dan tangkai bunga dipotong sesuai dengan selera. Daun dan bunga disusun sesuai dengan keinginan. Selanjutnya dikeringkan dengan langkah pengeringan sebagai berikut :
1.      10 lembar kertas buram yang telah disiapkan
2.      selembar busa diletakkan diatas kertas buram.
3.      kertas minyak diletakkan diatas busa
4.      bunga-bunga / daun disusun diatas kertas minyak
5.      10 lembar kertas buram diletakkan diatasnya
6.      diulangi tahap 1-6 hingga 5 kali
7.      susunan-susunan tadi dimasukkan didalam plastik klip
8.      susunan tersebut dengan plastik klip dipres, kemudian ditutup agar kedap udara
o  Hari ke-1 ( susunan bunga tersebut disimpan di dalam alat pengering yang sudah dipress)
o  Hari ke-2 (alat pengering dibuka kemudian bunga dan daun dipindahkan, lalu satu persatu kertas pengering disetrika, bunga dan daun disusun kembali kedalam alat pengering kemudian dipres kembali dan disimpan)
o  Hari 3 (tahapan kerja seperti hari ke-2)
o  Hari 4 (bunga tersebut didiamkan)
o  Hari 5 (tahapan kerja seperti hari ke-2)
o  Hari 6 (bunga tersebut didiamkan)
o  Hari 7 (tahapan kerja seperti hari ke-2)
o  Hari 8 & 9 (diamkan kembali)
o  Hari 10 (dibuka, kemudian dipindahkan ke dalam tempat yang kedap udara)
Setelah kering membentuk karangan bunga sesuai selera.

Gambar 2. Contoh oshibana dari berbagai bunga
Tahap 2.
Tahap 2 merupakan tahap memasukkan minyak pinus blended minyak kayu putih ke dalam flanel. Produrnya sebagai berikut.
1.      Disiapkan 2 lembar kain flanel berukuran 6 X 15 cm. Seperti gambar berikut
2.      diberi campuran minyak pinus dan minyak kayu putih.
3.      Dua lembar flannel ditumpuk dan dijahit
4.      Rangkaian oshibana (pada tahap 1)  ditumpuk kemudian kelilingnya dijahit
5.      Dilapisi mika kemudian dipress
6.      Dilubangi 1 lubang kecil untuk mengaitkan pita (30 cm) dan agar minyak atsiri keluar secara perlahan sehingga tercium bau harum.
7.      Pembatas buku siap digunakan
Gambar 3. Contoh pembatas buku.

Daftar Pustaka
[1].       Laporan tahunan Perum Perhutani, 2012, Pemantapan proses bisnis menuju perhutani   ekselen, diakses melalui http://perumperhutani.com/wp-content/uploads/2013/07/ARA_Perhutani_2012_LOW.pdf  pada tanggal 11 April 2015
[2].       S. Andy Cahyono, Nur Ainun Jariyah, dan Yonky Indrajaya , 2006, Karakteristik Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Penyadap Getah Pinus Di Desa Somagede, Kebumen, Jawa Tengah, Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi,  3 (2), 1-18, diakses melalui http://www.forda-mof.org/index.php/content/jurnal/26/2006/ pada tanggal 11 April 2015.
[3].       Masruri, Muchalal, M., dan Purwono, B., 2001, A study of reaction and aquaregia, Naskah Publikasi, Jurusan Kimia Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
[4].   Indah Purwani, 2014, Fakta Tentang Jamur  dan  Debu Buku di PerpustakaanBahaya yang mengancam koleksi dan kesehatan pustakawan,  Visi Pustaka,  16 (1), 86-95.
[5].  Nohong, Muchalal, M., dan Retno, D.S., 2000 ,Oxidation of alpha-pinena produced from turpuntine oils by using flow of oxygen gas with NaX-Zeolit as catalyst, Naskah Publikasi, Jurusan Kimia Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
[6]. I.W.G.Gunawan, I.G.A.Gede Bawa, N.L.Sutrisnayanti, 2008, Isolasi dan   identifikasi senyawa terpenoid yang aktif antibakteri pada herba meniran (Phyllanthus niruni Linn), Jurnal kimia, 1, 31-39.
[7].  Ulukanli Zeynep , Karabörklü Salih, Bozok Fuat, Ates Burhan, Erdogan Selim , Cenet Menderes,  Karaaslan Merve Göksin, 2014, Chemical Composition, Antimicrobial, Insecticidal, PhytotoxicAnd Antioxidant Activities Of Mediterranean Pinus Brutia And Pinus Pinea Resin Essential Oils, Chinese Journal Of Natural Medicines, 12(12): 0901-0910.
[8]. Aromateraphy by biosentials,  diakses melalui  http://www.biossentials.com/catalogue/spa-collection-range/Biossentials-essential-oils-blend.pdf  pada tanggal 11 April 2015.
[9]. Masruri dan Arie Srihardyastuti, 2005, Reaksi Asiloksilasi Hidroksilasi terhadap Alfa-Pinena: Pemanfaatan Produk Reaksinya sebagai Penghambat Pertumbuhan Bakteri Staphllococcus aureus dan Escherichia coli, Natural Jurnal, 9 (1), 6-11.
[10].Naya, 2013, Cara pembuatan oshibana, diakses melalui  exo-http://www.khusnayo.blogspot.com/2013/11/cara-membuat-oshibana.html  pada tanggal 11 April 2015.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar