KLONING
Oleh: Janatun Na’imah
Jurusan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
1.
Pendahuluan
Bioteknologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan makhluk hidup baik itu
bakteri, fungi, virus dan organisme hidup lainnya untuk menghasilkan suatu
poduk yang memiliki nilai ekonomi tinggi serta bermanfaat bagi kesejahteran
manusia. Pada zaman sekarang ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya pada
bidang ilmu biologi saja, melainkan juga berkembang pada bidang-bidang ilmu
murni dan terapan lain seperti medis, biokimia, komputer, genetika, biologi
molekuler, dan mikrobiologi. Salah satu aplikasi bioteknologi di bidang medis,
yaitu pembuatan vaksin, antibiotik dan insulin.
Pada
zaman sekarang, perkembangan bioteknologi sangat pesat di negara maju dan
berkembang yang ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi seperti
rekayasa genetika, kultur jaringan, DNA rekombinan pengembangbiakan sel induk,
kloning, dan lain-lain. perkembangan bioteknologi tersebut memungkinkan kita
untuk untuk meningkatkan mutu suatu produk dalam bidang pangan, medis, maupun
bidang kehidupan lainnya. Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan
kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi
tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan
gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut. Salah satu
penerapan bidang bioteknologi yang sering dibicarakan adalah Kloning yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia baik itu dalam bidang pengobatan maupun yang
lainnya. Beberapa penelitian yang melibatkan spesies-spesies lain telah
dilakukan dan menunjukkan bahwa berbagai spesies hewan dapat dikloning lewat
transpalasi inti. Hewan kloning yang dihasilkan lewat trasnplantasi inti sangat
tidak efisisen, akan tetapi fakta menunjukkan bahwa perkembangan kloning sangat
bermanfaat terhadap kehidupan manusia, seperti dalam pengembangan obat atau
insulin untuk suatu penyakit, sehingga perkembangan pengetahuan tentang kloning
seperti proses kloning, teknik kloning serta manfaat kloning harus dipahami
secara benar.
2. Pembahasan
2.1
Pengertian dan Teknik Kloning
Kloning
merupakan salah satu bioteknologi yang sangat bermanfaat untuk memultiplikasi
genotip hewan yang memiliki keunggulan tertentu dan preservasi hewan yang
hampir punah. Produksi hewan kloning lewat transfer inti sel somatik melibatkan
suatu seriprosedur yang kompleks, seperti kultur sel donor, maturasi oosit in
vitro, enukleasi, injeksi sel atau inti, fusi, aktivasi, kultur in vitro,
rekonstruksi embryo dan transfer embrio. Apabila salah satu dari tahap-tahap
ini kurang optimal maka akan mempengaruhi produksi embrio atau hewan kloning.
Kloning juga dapat didefinisikan sebagai tindakan menggandakan atau mendapatkan
keturunan jasad hidup tanpa fertilisasi, tetapi mempunyai susunan (jumlah dan
gen) yang sama dan kemungkinan besar mempunyai fenotib yang sama. Kloning
bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang sama atau identik dengan induknya,
karena dalam proses pengkloningan terjadi pengambilan bagian dari induk yang
kemudian akan ditumbuhkan menjadi individu baru yang sama persis dengan
induknya. Selain itu, kloning juga dapat dimanfaatkan sebagai terapi atau
pengobatan pada penderita diabetes, leukemia, kelumpuhan saraf, dan berbagai
penyakit akibat kerusakan jaringan.
Teknik
kloning dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Teknik
Roslin
Penelitian
ini dilakukan pada domba yang berumur dewasa, dan membuktikan bahwa sel
binatang yang berumur dewasa dapat dikloning secara sempurna. Penelitian yang
dilakukan oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell menunjukkan tentang suatu metode
yang mampu melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel, yakni sel donor
dan sel telur. Tahapan yang dilakukan pada penelitian dengan teknik Roslin,
sebagai berikut:
-
Sel yang akan dijadikan sebagai sel
donor diseleksi dari sel kelenjara mammae domba betina berbuluh putih (Finn
Dorset) untuk menyediakan informasi genetis bagi pengklonan. Hal ini dilakukan
dengan membiarkan sel tesebut membelah dan membentuk jaringan in vitro atau
diluar tubuh hewan, sehingga dihasilkan duplikat yang banyak dari suatu inti
yang sama.
-
Sel donor diambil dari jaringan dan
dimasukkan ke dalam campuran yang hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk
mempertahankan kehidupan sel. Hal ini menyebabkan sel untuk menghentikan
seluruh gen yang aktif dan memasuki stadium G0 atau stadium dorman. Lalu, sel
telur domba betina Blakface (mukanya tertutupi bulu hitam) dienokulasi dan
diletakkan disebelah sel donor.
-
Setelah pengambilan sel telur setelah
satu sampai delapan jam, dilakukan kejutan listrik untuk menggabungkan dua sel
tersebut. Pada saat yang sama pertumbuhan dari suatu embrio mulai diaktifkan.
Jika embrio dapat bertahan maka embrio tersebut dapat ditumbuhkan dengan
dibiarkan selama enam hari, diinkubasi di dalam ovinduk domba. Jika dari awal
sel diletakkan di dalam ovinduk makapertumbuhannya
akan lebih mampu bertahan dibandingkan dengan embrio yang diinkubasi dalam
laboratorium.
-
Embrio ditempatkan ke dalam uterus
betina (surrogate mother). Induk betina tersebut mengandung hasil kloning tadi
hingga hewan hasil kloning siap untuk dilahirkan.
b. Teknik
Honolulu
Tim
ilmuwan yang terdiri dari Teruhiko Wakayama dan Ryuzo Yanagimachi dari
Universitas Hawai (1998), berhasil
menghasilkan tiga generasi cloning dari ± seratus proses kloning yang secara
genetik identik. Persentase keberhasilan teknik Honolulu lebih besar dari tingkat
keberhasilan dengan teknik Roslin yang dilakukan oleh Ian Wilmut hanya sebesar
0,361 %. Ian Wilmut menggunakan sel dari kelenjar mammae yang harus masuk ke
dalam stadia G0 secara paksa, sedangkan Teruhiko Wakayam dan Ryuzo Yanagimachi
awalnya menggunakan beberapa tipe sel yaitu sel otak dan sel cumulus. Sel otak
berada dalam stadis G0 secara alamiah dan sel cumulus hampir selalu ada pada
stadia G0 ataupun G1.
Pada
teknik ini, sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai penerima atau
resipien dari inti donor. Setelah diinokulasi, sel telur (inti donor)
dimasukkan ke dalam sel telur tikus dan sel-sel akan menerima nukleus-nukleus
yang baru setelah satu jam. Kemudian sel telur ditempatkan pada sebuah kultur
kimia dengan suatu substansi yang mampu menghentikan pembentukan suatu polar
body. Polar body akan menjadikan jumlah dari gen dalam sel menjadi setengah
dari jumlah gen sel normal. Setelah disatukan sel-sel berkembang menjadi
embrio-embrio yang akan ditransplantasikan kepada induk betina donor (surrogate
mother) hingga siap untuk dilahirkan. Dari kedua sel yang digunakan, sel yang
paling berhasil dalam proses kloning adalah sel kumulus karena menghasilkan sel
yang hidup.
Gambar 1. Tahapan proses kloningteknik Honolulu
2.2 Jenis-Jenis Kloning
Kloning
adalah tindakan menggandakan atau mendapatkan keturunan tanpa fertilisasi,
berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah dan gen) yang sama dan
kemungkinan besar mempunyai fenotip yang sama. Berdasarkan pengertian diatas,
terdapat beberapa jenis kloning yang dikenal, antara lain :
1)
Kloning DNA Rekombinan
Pada
kloning DNA rekombinan, DNA asing dimasukkan ke dalam plasmid suatu sel
bakteri. DNA tersebut akan bereplikasi (memperbanyak diri) dan diturunkan pada
sel anak pada waktu sel tersebut membelah. Gen asing ini tetap melakukan fungsi
seperti sel asalnya, walaupun berada dalam sel bakteri. Pembentukan DNA
rekombinan ini disebut juga rekayasa genetika.Perekayasaan genetika terhadap
satu sel dapat dilakukan dengan hanya menghilangkan, menyisipkan atau
menularkan satu atau beberapa pasang basa nukleotida penyusun molekul DNA
tersebut. Untuk kloning ini diperlukan plasmid dan enzim untuk memotong DNA,
serta enzim untuk menyambungkan gen yang disisipkan itu ke plasmid. Plasmid
dapat diintegrasikan (dimasukkan) ke dalam kromosom bakteri dan dapat
dipindahkan dari satu sel bakteri ke bakteri yang lain melalui transformasi,
jika kromosom sel-sel tersebut merupakan pasangannya. Plasmid yang pertama kali
dipakai sebagai vektor untuk rekombinan DNA adalah plasmid dari sel bakteri
Escherichia coli.Plasmid ragi Saccharomyces cerevisiae, dan plasmid bakteri
Bacillus subtilis dan virus saat ini juga digunakan sebagai vektor untuk
rekombinan DNA.
Dalam
melakukan pengklonan suatu DNA asing atau DNA yang diinginkan, harus memenuhi
hal-hal sebagai berikut: DNA plasmid vektor harus dimurnikan dan dipotong
dengan enzim yang sesuai sehingga terbuka, DNA yang akan disisipkan ke molekul
vektor untuk membentuk rekombinan buatan harus dipotong dengan enzim yang sama,
reaksi pemotongan dan penggabungan harus dipantau dengan menggunakan
elektroforesis gel, rekombinan buatan harus ditransformasikan ke E. coli atau
ke vektor lainnya.
2)
Kloning
Kesehatan (Terapeutic Kloning)
Kloning
terapeutik merupakan bagian dari terapi sel punca yang bertujuan untuk
menghindari adanya reaksi penolakan terhadap sistem imun pasien pada saat
dilakukan terapi. Kloning terapeutik dilakukan dengan sel induk yang berfungsi
sebagai terapeutik (penyembuhan) dan riset medis, bukan untuk menciptakan
manusia baru. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknologi SCNT (Somatic Cell
Nuclear Transfer). Sel punca memiliki potensi yang sangat menjanjikan untuk
terapi berbagai penyakit sehingga menimbulkan harapan baru untuk mengobatinya.
Sampai saat ini, terdapat tiga kelompok penyakit yang dapat diatasi dengan
penggunaan sel punca, yaitu penyakit autoimun, penyakit kanker, dan penyakit
degenerative (seperti stroke, Parkinson, dan Alzhimer).
Tahapan
untuk melakukan kloning terapeutik pada manusia, yaitu:
-
Biopsi sel somatik dari tubuh pasien
diambil dan inti dari sel somatik tersebut ditransfer ke dalam sel telur donor
yang telah dikeluarkan intinya (unfertilized enucleated oocyte)
-
Sel telur hasil manipulasi dikultur
sampai ke tahapan tertentu dan setelah mengalami berbagai proses akan
didapatkan sel punca embrionik. Sel punca embrionik akan diarahkan
perkembangannya menjadi suatu jaringan atau organ tertentu yang dapat digunakan
untuk transplantasi jaringan atau organ dan tidak akan mengalami rejeksi sistem
imun pada pasien itu sendiri (immunologically compatible transplant)
-
DNA dari sel somatik pasien (yang berada
di dalam injection pipette) diintroduksikan ke dalam sel telur enucleated.Sel
telur hasil manipulasi dikultur secara in vitro menjadi blastosit selama 5-6
hari. Lalu, inner cell mass diisolasi
dan dikultur di cawan petri sehingga akan berkembang menjadi sel punca
embrionik yang memiliki profil imunologi yang sama dengan pasien.
3)
Kloning
Reproduksi (Reproductive Kloning)
Kloning
reproduktif mengandung arti suatu teknologi yang digunakan untuk menghasilkan
individu baru atau teknologi yang digunakan untuk menghasilkan hewan yang sama
dengan menggunakan teknik SCNT. Kloning reproduktif pertama kali dilakukan oleh
seorang Ilmuan Inggris (John Gurdon) yang berhasil melakukan kloning pada
katak. Setelah itu, pada tahun 1996, Ian Wilmut dan para peneliti yang lain
dari Roslin Institute di Edinburg (Skotlandia) berhasil menciptakan biri-biri
yang diberi nama Dolly yang hanya bertahan hidup sampai umur 6 tahun.
Penelitian ini dikatakan belum berhasil karena Dolly yang sebenarnya, harus
mencapai umur 11 tahun. Tahapan pada kloning reproduktif, yaitu sel donor yang
berupa sel somatik (2n) diintroduksikan ke enucleated oocyte. Kemudian, embrio
dimplantasikan ke dalam rahim untuk dilahirkan secara normal, dimana embrio
dikultur secara in vitro untuk didiferensiasikan menjadi berbagai jenis sel
untuk kegunaan terapeutik atau kesehatan. Penelitian kloning reproduktif
membutuhkan biaya yang sangat tinggi, tingkat kegagalannya tinggi, serta
tingkat keberhasilan yang rendah. Hewan klon cenderung mengalami masalah
defisiensi sistem imun serta sangat rentan terhadap infeksi, pertumbuhan tumor,
dan kelainan-kelainan lainnya. Hal ini dikarenakan adanya kesalahan saat
pemrograman material genetik (reprogramming) dari sel donor yang menyebabkan
terjadinya perkembangan embrio yang abnormal.
2.3 Aplikasi Kloning
Salah
satu aplikasi kloning dalam medis adalah pengembangan obat untuk anti
tuberkulosis baru. Seperti yang telah diketahui, resistensi obat di
Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) menjadi masalah global dalam
beberapa tahun terakhir ini, dan munculnya resisten multi drug telah
meningkatkan banyak angka kematian di seluruh dunia. Sampai saat ini belum
ditemukan obat untuk penyakit tuberkulosis. Bahkan Mycobacterium bovis BCG (M.
bovis BCG), vaksin anti-TB, yang dikembangkan oleh Calmette Guerin telah
digunakan di seluruh dunia. Genom Mycobacteria terdiri dari sejumlah besar
frame pembacaan terbuka (ORFs) yang mengkode protein dan berperan terhadap
pertumbuhan atau kelangsungan hidup bakteri di dalam makrofag. Keberadaan
Mycobacterial dalam makrofag menjadi tantangan terbesar untuk mengembangkan
obat baru yang dapat melawan patogen. Sejauh ini, obat-obatan yang digunakan
dalam pengobatan tuberkulosis hanya menargetkan bakteri yang aktif tumbuh.
Selama infeksi, M. tuberculosis sangat bergantung pada metabolisme asam lemak
baik untuk pasokan energi dan untuk sintesis biomolekul yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup di living host. Propionil-CoA yang
dihasilkan dengan asetil-CoA selama pemecahan rantai asam lemak dan asam amino
yang berpotensi sebagai racun untuk mikobakteri. Pada Mycobacteria, metabolisme
propionil-CoA terkait dengan sintesis penting faktor virulensi lipid seperti
phthiocerol dimycocerosate (PDIM) dan sulfolipid-1 (SL-1). M. tuberculosis
memetabolisme propionil-CoA melalui siklus methylcitrate. Siklus methylcitrate
mikobakteri terdiri dari 2-methylcitrate synthase (Rv1131) dan methylcitrate
dehidratase (Rv1130) tapi tidak mengandung methylisocitrate lyase khusus (MCL).
Tabel 1. Macam-macam
Primers
Primer name
|
Sequence details (5’- 3’) **
|
Rv1131
forward
|
ATTCCACCAGGATCCTTTCGATG
|
Rv1131
reverse
|
GAGAAAGCTTATGGCCCATAAGAG
|
T7
promoter
|
TAATACGACTCACTATAGGG
|
T7
terminator
|
CTAGTTATTGCTCAGCGGTG
|
** Restriction sites in the primer have been underlined.
Adaptasi
metabolik diperlukan dalam jangka waktu yang panjang dari Mycobacteria pada
host. M. tuberculosis yang mengubah sumber energi dari glukosa menjadi asam
lemak karena memiliki kemampuan untuk menginduksi pembentukan makrofag dengan
jumlah lipid yang banyak. Siklus Methylcitrate, yang memungkinkan M.
tuberculosis untuk memanfaatkan asam lemak, telah diidentifikasi sebagai
potensi jalur metabolisme yang dapat ditargetkan dengan obat baru. Oleh karena
itu, untuk mengembangkan obat anti tuberkulosis baru dengan menargetkan enzim
sintase 2-methylcitrate, perlu dilakukan kloning gen Rv1131 pada E. Coli
terlebih dahulu. Adapun tahapan kloning gen Rv1131, yaitu gen Rv1131
diamplifikasi dengan PCR, sehingga dapat diperoleh sebuah fragmen DNA 1,2 kb
yang mengandung open reading frame dari 393 asam amino. Gen tersebut kemudian
dikloning ke pGEM-T vektor mudah dan disaring dengan menggunakan metode
blue/white screening. Urutan plasmid rekombinan positif diverifikasi oleh
sekuensing DNA. Plasmid rekombinan positif dicerna dengan enzim restriksi BamH
I dan Hind III dan produk gen adalah gel dimurnikan dan diikat dengan vektor
pET28c (dicerna dengan enzim yang sama) dan berubah menjadi E. coli DH5α. Koloni
disaring discreen dengan metode PCR menggunakan promotor T7 dan terminator
primer T7 untuk mengidentifikasi koloni rekombinan. Plasmid rekombinan
diisolasi dari koloni positif menggunakan enzim restriksi BamH I dan Hind III.
Dalam hal ini digunakan vektor pET28c, karena vektor tersebut mengandung
N-terminal 6 x His Tag yang dimurnikan dengan Nickel affinity chromatography.
3. Kesimpulan
Kloning
merupakan salah satu bioteknologi yang bertujuan untuk mendapatkan keturunan
yang sama atau identik dengan induknya. Kloning dapat dilakukan pada manusia,
hewan dan tanaman.Sel yang dapat digunakan untuk dikloning dapat berupa sel
oosit, sel otak, sel cumulus dan lain-lain.Umumnya terdapat dua teknik dapat
proses kloning yaitu teknik Roslin dan teknik Honolulu yang mana kedua teknik
tersebut mampu menghasilkan klon yang sama dengan induknya. Salah satu manfaat
dari kloning adalah dapat memperbanyak bibit dan melestarikan spesies. Selain
itu, dampak negative dari kloning adalah merubah salah satu sel yang ada didalam
tubuh jika proses tersebut gagal dan dapat menimbulkan penyakit dari penyatuan
sel tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka sehingga
banyak dilakukan penelitian tentang kloning.
DAFTAR
PUSTAKA
[1] Anam, Khairul. 2009. DNA Rekombinasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
[2] Budiani, Asmini, dkk. 2006. Aktivitas ACCase mesokarp kelapa sawit dan kloning fragmen gen penyandi
ACCase subunit biotin karboksilase, 74 (1), 33-43
[3]
Ciptadi, Gatot. 2007. Pemanfaatan
Teknologi Kloning Hewan Untuk Konservasi Sumber Genetik Ternak Lokal Melalui
Realisasi Bank Sel Somatis, Vol. 6, No. 2; 60-65
[4] Eniyan, K. And Urmi B. 2015. Kloning, expression, purification and
bioinformatic analysis of 2-methylcitrate synthase from Mycobacterium tuberculosis. Asian Pacific Journal of Tropical Medicine 19-23
[5] Hartati, Sri, dkk. 2004. Kloning dan
Ekspresi Gen Penyandi Sagi Toxoplasma gondii Isolat Lokal pada Vektor PGEX-2T.
UGM. Yogyakarta
[6] Khodadadi, E. dkk. 2015. Kloning and expression of full‑length human insulin‑like growth factor binding protein 3 (IGFBP3) in theEscherichia coli. Kloning
of IGFBP3. IP: 114.79.28.190
[7] Subekti, Didik, dkk. 2007. Kloning Dan Analisis Hasil Kloning Gen GRA1 dari Takizoit Taxoplasma
gondii Isolat Lokal. UGM. Yogyakarta
[8]
Zhang, H. Dkk .2015 . Kloning, expression
and antiviral activity of mink alpha-interferons. BMC Veterinary Research11:42
Tidak ada komentar:
Posting Komentar