BIOAKTIVITAS MIKROALGA Chlorella sp. HASIL KULTIVASI DALAM
MEDIUM EKSTRAK TAUGE
Oleh:
Suci Amaliyah
Jurusan
Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Brawijaya
Mikroalga adalah jasad renik yang
termasuk tumbuhan bersel tunggal, berkembangbiak sangat cepat dengan daur hidup
relatif pendek (Panggabean, 1998). Mikroalga memiliki keunggulan dibandingkan
dengan makroalga dan tumbuhan tingkat tinggi. Keunggulannya antara lain hidupnya tidak tergantung musim, tidak
memerlukan tempat yang luas, dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk
memanennya (Borowitzka, 1988). Selain itu mikroalga dapat hidup dalam air tawar dan air laut, tidak berkompetisi dengan produksi bahan pangan,
konsumsi air rendah dan biaya produksi tidak terlalu tinggi.
Gambar
1. Chlorella sp.
Salah satu jenis mikroalga dari golongan
Chlorophyta adalah Chlorella sp. Chlorella sp. merupakan mikroalga yang mempunyai potensi cukup
besar dalam menghasilkan produk-produk yang sangat bermanfaat. Chlorella sp. dapat digunakan untuk
menyerap logam-logam berat dalam perairan (Dewi dan Gultom, 2009). Chlorella sp. juga dapat dikembangkan
untuk pangan sehat sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral, sedangkan dalam
bidang kedokteran dapat bermanfaat untuk mencegah penyakit kanker, menurunkan
tekanan darah tinggi, menurunkan kadar kolesterol darah dan sebagainya
(Steenblock, 1996).
Tabel 1.
Komposisi kimia Chlorella sp.
Komposisi Kimia Chlorella sp.
|
(%)
|
Karbohidrat
|
20,6
|
Protein
|
30,9
|
Lipid
|
20,1
|
Lain-lain
|
28,4
|
Sumber :
Ben-Amotz, et al. (1987).
Beberapa penelitian melaporkan bahwa Chlorella
sp. merupakan salah satu mikroalga yang mempunyai bioaktivitas sebagai
antikanker. Penelitian dari Konishi, et
al. (1985) dan Noda, et al.
(1996) melaporkan aktivitas antitumor dari Chlorella
vulgari. Chlorella membantu
melindungi tubuh dalam memerangi virus dan kanker. Serangkaian studi selama
tahun 1980 menunjukkan bahwa pertumbuhan tumor pada tikus dapat dikurangi atau
dihentikan dengan menyuntikkan larutan Chlorella
di sekitar pertumbuhan neoplastik. Dalam studi lain oleh peneliti yang sama,
sel tumor dapat mati seluruhnya dengan menginjekkan Chlorella (Adams, 2009).
Komponen bioaktif dari mikrolaga Chlorella
sp. yang bisa menghasilkan efek farmakologis didapatkan dari biomassa Chlorella
sp. Biomassa Chlorella sp. merupakan akumulasi dari sel Chlorella
sp. hasil kultivasi dalam medium kultur. Untuk menghasilkan pertumbuhan
mikroalga yang baik tentu diperlukan kondisi lingkungan dengan nutrien yang
sesuai. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan kultivasi Chlorella
sp. adalah kualitas air yang meliputi suhu, salinitas, kekuatan cahaya, dan
pH.
Medium yang digunakan juga
merupakan faktor penting dalam kultivasi Chlorella
sp.
Menurut Kawaroe et. al. (2010) bahan organik
yang menjadi pembatas dalam proses pertumbuhan mikroalga adalah nitrogen
dan fosfor. Teknologi untuk memproduksi mikroalga Chlorella sp. selama
ini dilakukan dengan memberikan nutrien khusus
yang merupakan nutrien sintesis yang harganya relative mahal. Mahalnya medium
kultur sintesis mengharuskan adanya medium alternatif yang lebih murah.
Salah satu medium kultur yang bisa
digunakan untuk medium kultivasi Chlorella sp. adalah Medium Ekstrak Tauge
(MET). Medium Ekstrak Tauge (MET) merupakan medium kultur alami yang mengandung
komponen-komponen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikrolaga Chlorella sp. seperti
nitrogen dan fosfor. Selain karena harganya yang relative murah, Medium
Ekstrak Tauge (MET) juga aman (tidak memiliki efek toksik) dan efektif dalam
menujang pertumbuhan Chlorella sp. Hal ini ditunjang dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan Prihantini (2007) dan Wulandari (2010) yang
menghasilkan kesimpulan bahwa Medium Ekstrak Tauge 4 % merupakan medium yang
cocok untuk kultivasi mikrolaga. Amaliyah, et.
al. (2013) juga melakukan kultivasi mikroalga dengan medium ekstrak tauge
menghasilkan rendemen biomassa basah yang dihasilkan adalah 14,114 g/L.
Kultivasi mikroalga Chlorella sp.
dalam Medium Ekstrak Tauge (MET) bertujuan untuk menumbuhkan Chlorella sp.
sehingga sel mikroalga tersebut bertambah banyak dan dapat menghasilkan
biomassa yang banyak pula. Penelitian Amaliyah et.al , Bariyyah et al.,
Khamidah, et al. (2013) menggunakan
sampel biomassa mikroalga Chlorella sp. pada fase stasioner. Fase
stasioner diketahui dari kurva pertumbuhan Chlorella sp. yang didukung
oleh penelitian Prihantini, dkk. (2005). Pembuatan kurva pertumbuhan Chlorella
sp. dilakukan dengan menghitung jumlah sel Chlorella sp. setiap 24
jam selama 15 hari menggunakan haemacytometer.
Fase stasioner terjadi pada hari ke-8
sampai hari ke-11 ditandai dengan laju pertumbuhan Chlorella sp. yang
cenderung konstan. Selisih jumlah sel dari hari ke-8 sampai hari ke-11 berkisar
antara 96.000 – 176.000 sel/mL. Pada fase stasioner, sel Chlorella sp.
sudah tidak mengalami pembelahan sel secara signifikan karena berkurangnya
nutrien yang tersedia sehingga tidak mencukupi untuk pertumbuhan dan pembelahan
sel.
Potensi
Chlorella sp. sebagai Antikanker
Bioaktivitas suatu tanaman dapat
diketahui melalui uji toksisitas. Pengujian toksisitas senyawa dalam farmakologi
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui efeknya terhadap manusia.
Sehingga, uji toksisitas tahap awal dilakukan untuk mengetahui dosis atau
konsentrasi LD50/LC50 yang biasanya diujikan terhadap
organisme akuatik. Salah satunya adalah brine shrimp (udang laut) dari
jenis Artemia ssalia. Metode pengujian Brine Shrimp Lethal Test (BSLT)
menggunakan Artemia salina Leach dianggap dapat memprediksi adanya daya
sitotoksik senyawa-senyawa antikanker, sehingga sering digunakan untuk skrining
awal pencarian senyawa antikanker.
Amaliyah, et. al. (2013) mengekstrak Chlorella
sp. menghasilkan rendemen ekstrak pekat metanol dan etil asetat
berturut-turut 7,001 % dan 3,673 % yang selanjutnya diuji bioaktivitasnya
dengan metode BSLT. Nilai toksisitas ekstrak metanol dan etil asetat biomassa Chlorella
sp. pada fase stasioner terhadap larva udang Artemia salina
dinyatakan dengan nilai LC50 dimana LC50 ekstrak metanol
adalah 20,516 ppm sedangkan LC50 ekstrak etil asetat adalah 167,417.
Meyer, et. al. (1982) melaporkan bahwa suatu ekstrak menunjukkan
aktivitas ketoksikan dalam BSLT jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 %
hewan uji pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa
ekstrak biomassa Chlorella sp. bersifat toksik terhadap Artemia karena memiliki nilai LC50<
1000 ppm
sehingga ekstrak biomassa Chlorella sp. tersebut dikatakan memiliki
bioaktivitas dan berpotensi sebagai antikanker.
Potensi
Chlorella sp. sebagai Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat
menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang
sangat reaktif. Keberadaan antioksidan dapat melindungi tubuh dari berbagai
penyakit degeneratif dan kanker, serta membantu menekan proses penuaan/antiaging.
Saat ini antioksidan yang umum digunakan merupakan antioksidan sintetik
diantaranya Butylated hydroxyanisole (BHA), Butylatedhydroxytoluene (BHT),
Propylgallate (PG) dan Tert-Butylhydroquinone (TBHQ). Akan tetapi, senyawa
tersebut dicurigai dapat menyebabkan keracunan dan efek karsinogenik (Grillo,
et. al., 1995; Safer, et. al., 1999 dan Shanab, 2007). Oleh karena itu,
pengembangan serta pemanfaatan antioksidan yang lebih efektif dan berasal dari alam penting untuk dilakukan
(Oktay, et al., 2003).
Bariyyah, et. al. (2013) melakukan uji kuantitatif potensi antioksidan pada
ekstrak Chlorella sp. dengan uji DPPH
secara spekrofotometri sinar tampak. Metode ini didasarkan pada
perubahan warna radikal DPPH. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh reaksi
antara radikal bebas DPPH dengan satu atom hidrogen yang dilepaskan senyawa
yang terkandung dalam bahan uji untuk membentuk senyawa 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazin yang berwarna kuning. Pada metode ini
absorbansi yang diukur adalah absorbansi larutan DPPH sisa yang tidak bereaksi
dengan senyawa antioksidan.
Penelitian Bariyyah, et. al. (2013) menunjukkan adanya
aktivitas antioksidan ekstrak Chlorella sp. terhadap DPPH
(1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) yang ditunjukkan dengan nilai EC50. Nilai EC50 dari ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat
berturut-turut yaitu 18,610 ppm dan 27,320 ppm. Anggraeni et.al. (2014) juga melakukan uji aktivitas antioksidan terhadap
ekstrak metanol Chlorella sp. fraksi
n-heksana menghasilkan EC50 27, 26 ppm. Berdasarkahn hasil
penelitian tersebut bisa disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan Chlorella sp. tergolong kuat karena
mempunyai nilai EC50 kurang dari 50 ppm.
Potensi
Chlorella sp. sebagai Antibakteri
Uji
aktivitas antibakteri merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan suatu bahan untuk menghambat pertumbuhan bakteri uji tertentu. Salah
satu metode yang bisa digunakan untuk uji aktivitas antibakteri adalah metode
difusi cakram. Prinsip dari metode ini adalah kertas cakram yang dijenuhkan
dalam larutan ekstrak dan ditempatkan pada medium padat yang sebelumnya telah
diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah diinkubasi, akan terbentuk
diameter zona hambat sekitar cakram. Besarnya zona hambat menentukan besarnya
aktivitas antibakteri ekstrak terhadap bakteri uji. Semakin besar zona hambat
yang terbentuk, maka semakin besar pula efektivitas ekstrak sebagai
antibakteri.
Khamidah,
et. al. (2013) melakukan uji aktivitas
antibakteri Chlorella sp. pada
beberapa fase pertumbuhan. Hasil
uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol Chlorella
sp. dari masing-masing fase menunjukkan bahwa ekstrak metanol Chlorella sp. dari fase stasioner
memiliki aktivitas antibakteri yang tertinggi dibandingkan dengan fase lainnya.
Ekstrak metanol Chlorella sp. dari
fase stasioner mampu menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dengan diameter zona hambat sebesar 9,9 mm, sedangkan pada
bakteri S. aureus adalah 12 mm.
Daya hambat ekstrak metanol Chlorella sp. dari fase stasioner
terhadap bakteri E.coli tergolong sedang (5-10 mm) dan
bakteri S. aureus tergolong kuat
(10-20 mm) (Davis dan Stout, 1971 dalam Yudha, 2008). Hal ini diduga karena
kandungan senyawa aktif yang berpotensi sebagai antibakteri dalam ekstrak cukup
banyak sehingga mampu menghambat pertumbuhan kedua bakteri cukup baik.
Kandungan
Golongan Senyawa Aktif Ekstrak Chlorella sp.
Identifikasi
golongan senyawa aktif pada ekstrak Chlorella
sp. dilakukan dengan uji kualitatif menggunakan reagen kimia. Amaliyah, et
al., Khamidah, et. al. dan Bariyyah, et. al. (2013) melakukan identifikasi
golongan senyawa aktif dalam ekstrak metanol Chlorella sp. fase stasioner. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa ekstrak metanol Chlorella sp.
pada fase stasioner mengandung tanin dan steroid. Bariyyah, et. al (2013) juga menyebutkan bahwa
ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat Chlorella sp. positif mengandung asam
askorbat yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna coklat. Uma, et al.,
(2011) menyebutkan bahwa Chlorella
mengandung metabolit sekunder seperti flavonoid, terpenoid, tanin, saponin dan
senyawa fenolik. Umumnya metabolit sekunder memiliki sistem aromatik yang
terkonjugasi. Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak Chlorella sp. inilah yang menjadikan Chlorella sp. berpotensi sebagai
antikanker, antioksidan, dan antibakteri.
Daftar
Rujukan
Adams,
M. 2009. Superfoods for Optimum Health:
Chlorella and Spirulina. London: Truth Publishing. Inc.
Amaliyah.
S., Fasya, A. G., Romaidi dan Barizi, A. 2013. Uji Toksisitas terhadap Larva
Udang Artemia Salina dan Identifikasi
Golongan Senyawa Aktif Ekstrak Mikroalga Chlorella sp. Hasil Kultivasi
dalam Medium Ekstrak Tauge. Jurnal
Skripsi. Jurusan Kimia Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Anggraeni,
O. N., Fasya, A. G., Abidin, M. dan Hanapi, A. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan
Fraksi Etil Asetat, Kloroform, Petroleum Eter dan n-Heksana Hasil Hidrolisis
Ekstrak Metanol Mikroalga Chlorella sp.
Jurnal
Alchemy. Vol. 3 (2): 173-188.
Bariyyah,
S. K. Fasya, A. G., Abidin, M. dan Hanapi, A. 2013. Uji Aktivitas Antioksidan
Terhadap DPPH dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktif Ekstrak Kasar Mikroalga Chlorella sp. Hasil Kultivasi dalam
Medium Ekstrak Tauge. Jurnal Skripsi.
Jurusan Kimia Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Ben-Amotz;
Fishler dan Schneller. 1987. Chemical
Composition of Dietary Species of Marine Unicellular Algae and Rotifers with
Emphasis on Fatty Acid. Marine Biology. Volume 95: 31-36.
Borowitzka,
M. A. dan Lesley, J. B. 1988. Microalgae
Biotechnology. London: Cambridge University Press.
Dewi,
Y. S. dan Gultom, Y. H. 2009. Pemanfaatan Algae Chlorella sp. dan Enceng
Gondok untuk Menurunkan Tembaga (Cu) pada Industri Pelapisan Logam. Seminar Tugas Akhir. Semarang: Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Grillo,
C.A. and F.N. Dulout. 1995. Cytogenetic Evaluation of Butylated Hydroxytoluene.
Mutat. Res., (345) : 73–85.
Kawaroe,
M. 2008. Mikroalga sebagai Bahan Baku Biofuel. Surfactant and Bioenergy
Research Centre, Lembaga Pengabdian pada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.
Khamidah,
U., Fasya, A. G. dan Romaidi. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Chlorella sp. pada Fase Stasioner Hasil
Kultivasi dalam Medium Ekstrak Tauge. Jurnal
Skripsi. Jurusan Kimia Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Konishi, F., Tanaka, K. dan Himeno, K.
1985. Antitumor Effect Induced by a Hot Water Extract of Chlorella vulgaris
(CE): Resistence to Meth-A Tumor Growth Mediated by CE-Induced
Polymorphonuclear Leukocytes. Cancer Immunol Immunother, 19: 73-78.
Meyer, B.
N.,
Ferrigni,
N. R., Putnam, J.
E., Jacobsen, L.B. Nichols, D. E and McLaughlin, J. L. 1982. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay
for Active Plant Constituents. Planta Medica, 45: 31 – 34.
Noda,
K., Ohno , N. dan Tanaka, K. 1996. A
Water-Soluble Antitumor Glycoprotein from Chlorella vulgaris. Planta
Med, 62: 423-426.
Oktay,
M., I. Gulcin, and O., Kufrevioglu, 2003. Determination of In Vitro Antioxidant Activity of Fennel
(Foeniculum Vulgare)
Panggabean,
L. G. M. 1998. Mikroalgae: Alternatif Pangan dan Bahan Industri di Masa
Mendatang. Oseana Volume XXIII N0. 1: 19-26.
Prihantini, N. B., Damayanti, D. dan Yuniati, R. 2007. Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) terhadap Pertumbuhan Scenedesmus Isolat Subang. Makara, Sains, Vol. (11):1-9.
Prihantini, N. B., Damayanti, D. dan Yuniati, R. 2007. Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) terhadap Pertumbuhan Scenedesmus Isolat Subang. Makara, Sains, Vol. (11):1-9.
Safer, A.M. dan A.L. Nughamish. 1999.
Hepatotoxicity Induced by the Antioxidant Food Additive Butylated
Hydroxytoluene (BHT) in Rats: An Electron Microscopical Study. Histol. Histopathol., XIV: 391–406.
Shanab, S.M.M.. 2007. Antioxidant and
Antibiotic Activities of Some Seaweeds (Egyptian Isolates). Agriculture and
Biology, IX (2): 220–225.
Steenblock,
D. 1996. Chlorella Makanan Sehat Alami.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Uma,
R., Sivasubramanian, V. dan Devaraj, S. N. 2011. Preliminary Phycochemical
Analysis and In Vitro Antibacterial Screening of Green Micro Algae,
Desmoccocus olivaceous, Chlorococcum humicola, and Chlorella vulgaris.
Journal Algal Biomass, 2 (3): 74 – 81.
Wulandari, A.
P., Naderia, F., Pattalia, A. E. dan Permata, D. R. 2010. Identifikasi
Mikroalgae di Sekitar Pantai Pangandaran dan Potensi Pertumbuhannya pada
Formulasi Medium Ekstrak Tauge (MET). Prosiding
Seminar Nasional Limnologi V Tahun 2010. Bandung: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar