BIOKONVERSI LIMBAH DOMESTIK
Oleh : Novi Anitra
Jurusan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
Limbah
domestik adalah limbah yang berasal dari pembuangan rumah tangga seperti sisa
pembuangan sisa makanan, air bekas cucian, sampah/sisa bahan yang sudah tidak
terpakai dan kotoran yang berasal dari tubuh manusia (feses dan urin) yang
perlu dikelola sehingga memiliki nilai ekonomi, bermanfaat dan tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Keberadaan
mikroorganisme di alam memegang peranan penting terhadap pencemaran lingkungan
di mana mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk mendegradasi limbah dan
polutan sehingga mampu menjaga kualitas
lingkungan. Kemampuan mikroorganisme tersebut menyebabkan bahan-bahan
sisa di lingkungan dapat menghilang atau berubah bentuk. Berdasarkan kemampuan
degradatif terhadap bahan organik, beberapa jenis bakteri telah
dikomersialisasikan sebagai pupuk biologi atau konsorsia bakteri dimana dapat digunakan sebagai inokulan dalam
penanganan limbah secara aerobik maupun anaerobik (Myrold & Nason dalam
Sutariningsih,2002) misalnya EM4 sebagai bakteri untuk pembuatan
pupuk kompos , Clostridium, asetogenik, asetotropik, hidrogenotropik dan
metanogen sebagai agensia penanganan
limbah secara anaerobik dalam pembuatan biogas.
Tumpukkan sampah menjadi permasalahan yang sangat
penting di berbagai wilayah baik kota besar maupun kecil maka perlu dipikirkan
solusi penanganannya, seperti dapat menjadikan sampah memiliki nilai tambah
yang bermanfaat. Pengolahan
sampah organik menjadi pupuk kompos dan bahan dasar pembuatan biogas melalui
proses biokonversi energi. Biogas dapat digunakan untuk menggantikan bahan
bakar konvensional seperti minyak tanah (kerosene) atau kayu bakar serta
penggunaan biogas juga meyelamatkan lingkungan dari pencemaran dan mengurangi
kerusakan lingkungan hidup. Pemanfaatan feses(kotoran manusia) pun dapat
menjadi bahan baku alternatif energi
terbarukan yang bersih dan ramah lingkungan misalnya energi hidrogen. Hidrogen
adalah salah satu sumber energi yang berpotensi sebagai pengganti bahan bakar
mesin kendaraan bermotor. Hidrogen menghasilkan energi yang lebih besar
daripada bahan bakar lainnya, dimana dalam basis massa, energi yang dihasilkan
hidrogen hampir mendekati tiga kali energi yang dihasilkan oleh bensin (120
mJ/kg hidrogen sebanding dengan 44 mJ/kg bensin).
A. Pembuatan Biogas dari Sampah Organik
Biogas merupakan campuran
beberapa gas dengan komposisi 40 - 75% metana (CH4), 25 - 60% karbondioksida (CO2), dan
2 % gas lain (hidrogen, hidrogen sulfida dan karbon monoksida). Proses
fermentation/digestion anaerob (methanization) diuraikan secara
sederhana melalui tiga tahap, yaitu: hidrolisis (liquefaction),
asidifikasi (acyd production), dan metanogenesis (biogas production)
seperti gambar 1.
Gambar.1. Tiga Tahapan Proses Fermentasi Anaerob Limbah Organik
Proses
Pembuatan Biogas dari Sampah
Organik
Menurut Lettinga (1994)
terdapat tiga tahap proses transformasi bahan organik pada sistem anaerobik, yaitu :
a.
Hidrolisis
Proses hidrolisis membutuhkan mediasi exo-enzim
yang disekresi oleh bakteri fermentatif. Hidrolisis molekul kompleks
dikatalisasi oleh enzim ekstra seluler seperti sellulase, protease, dan lipase (Said, 2006). Sejumlah besar
mikroorganisme anaerob dan fakultatif yang terlibat dalam proses hidrolisis dan
fermentasi senyawa organik antara lain adalah Clostridium.
- Asidogenesis.
Monomer-monomer hasil
hidrolisis dikonversi menjadi senyawa organik sederhana. Tahap ini dilakukan
oleh berbagai kelompok bakteri, mayoritasnya adalah bakteri obligat anaerob dan
sebagian yang lain bakteri anaerob fakultatif. Contoh bakteri asetogenik (pembentuk asam) (Said,2006).
Asetogenesis/asidogenesis
Hasil asidogenesis dikonversi menjadi hasil akhir bagi produksi metana
berupa asam asetat yang kadang-kadang disertai dengan pembentukan
karbondioksida atau hidrogen. Etanol, asam propionat, dan asam butirat diubah
menjadi asam asetat oleh bakteri asetogenik
(bakteri yang memproduksi asetat dan H2) seperti Syntrobacter
wolinii dan Syntrophomas wolfei (Said,2006). Etanol, asam propionat,
dan asam butirat diubah menjadi asam asetat oleh bakteri asetogenik dengan reaksi seperti berikut (Said, 2006) :
CH3CH2OH +CO2 à CH3COOH + 2H2
Etanol Asam
Asetat
CH3CH2COOH + 2H2O à CH3COOH + CO2 + 3H2
Asam Propionat
Asam Asetat
CH3CH2CH2COOH + 2H2O
à 2CH3COOH + 3H2
Asam Butirat Asam Asetat
- Metanogenesis.
Pada tahap metanogenesis, terbentuk metana dan
karbondioksida. Metana dihasilkan dari asetat atau dari reduksi karbondioksida
oleh bakteri asetotropik dan hidrogenotropik dengan menggunakan
hidrogen. Acetoclastic metanogen
mengubah asam asetat menjadi gas metana seperti reaksi berikut :
CH3COOH
à CH4 + CO2
Hidrogenotropik metanogen
mensintesa sisa hidrogen dan karbondioksida menjadi :
2H2 + CO2 à CH4
+ 2H2O
Gambar.2. Reaktor Biogas
Skala Rumah Tangga
B.
Pembuatan Biogas dan Energi Hidrogen dari Limbah Manusia ( Feses )
Feses sebagai sumber energi dalam bentuk
biogas dapat menghasilkan gas metana melalui proses fermentasi, dimana gas
metana yang dihasilkan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam
memproduksi hidrogen dengan proses reforming,
sehingga limbah manusia (feses) tersebut yang tadinya merupakan suatu bahan
yang tidak berharga dapat dijadikan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan
tentu saja penggunaannya akan mengurangi ketergantungan akan pemakaian minyak
bumi.
Tabel 1. Hasil analisis komposisi kimia biogas dari feses
No.
|
Komponen
|
Kandungan
(%)
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
CH4
CO2
N2
CO
O2
H2S
|
70
27
2,75
0,1
0,1
0,05
|
Dalam proses pemanfaatan feses sebagai bahan baku
pembuatan gas hidrogen, ada 3 tahapan
yang harus dilalui yaitu :
a.
Unit
persiapan bahan baku
Limbah
manusia ( feses ) dari hasil pengambilan dikumpulkan dalam bak penampung
bahan baku sebelum memasuki tangki berpengaduk. Untuk mendapatkan rasio C/N
yang optimum yaitu 25-30 : 1 (United Nation,
1996), maka ditambahkan jerami kedalam tangki berpengaduk. Air dialirkan
pada tangki berpengaduk dengan perbandingan 1 : 1 antara bahan baku (feses +
jerami) dengan air (United Nation, 1996). Pada tahap hidrolisis, penambahan air
berfungsi untuk melarutkan bahan organik dan komponen terlarut lainnya.
b. Unit fermentasi
Campuran yang
dihasilkan dari tahap persiapan bahan baku dialirkan ke dalam digester. Pencampuran
bahan baku dengan air mempunyai pH 4-5, sehingga perlu ditambahkan larutan
Ca(OH)2 10% (Petrus, 1998), untuk mendapatkan pH 7-8. Penambahan
Ca(OH)2 dilakukan diawal fermentasi, Bakteri yang digunakan untuk
proses fermentasi adalah bakteri Acidogenic dan bakteri Metanogenic.
Bakteri Acidogenic dimasukkan ke dalam digester dengan waktu tinggal 4
hari. Setelah 4 hari, selanjutnya bakteri Metanogenic dialirkan kedalam
digester. Bakteri Metanogenic tersebut berada didalam digester selama 6
hari, sehingga total retention time dari proses fermentasi di dalam digester
adalah 10 hari. Metana diproduksi melalui pemutusan ikatan langsung dari CH3COOH,
dengan gugus metil dikonversikan menjadi metana dan gugus karbonil menjadi
karbondioksida. Pada unit ini terjadi reaksi :
C6H10O5 + N2 à CH3COOH à CO2 + CH4
Gas bio yang dihasilkan tersebut kemudian dialirkan
ke sistem pemanas (heater) dengan bantuan blower menuju adsorber
H2S.
c. Unit produksi gas hidrogen
Gas H2S
yang terdapat di dalam gas bio merupakan racun bagi katalis, sehingga perlu
dilakukan pengurangan kadar gas H2S. Adsorber H2S yang
menggunakan Zinc Oxide (ZnO) sebagai adsorban dapat mengurangi kadar
sulfur hingga ± 0,2 ppm. H2S akan di adsorpsi melalui sebuah reaksi.
Reaksi yang terjadi adalah eksotermis, tetapi karena panas yang dihasilkan
sedikit, sehingga panas tersebut dapat diabaikan. Reaksi yang terjadi pada sulfur
adsorber yaitu :
Zn + H2S
à ZnS + H2O
Produk gas
hasil reaksi didalam Adsorber kemudian dialirkan ke dalam Reformer ,
dimana jenis Reformer yang digunakan pada proses ini adalah Fixed bed
multi tube reactor. Di dalam Reformer, gas tersebut dikontakkan
dengan CeO2 yang merupakan autokatalis untuk mengkonversi CH4
menjadi H2 dan CO dengan rasio 2:1. Pada unit ini, reaksi yang
terjadi adalah:
CeO2 + 0,5 CH4 à CeO 1,5 + 0,5 CO + H2
2CeO2 + CH4 à 2 CeO 1,5 +CO + 2H2
Pada reformer tidak hanya
terjadi reaksi pembentukan H2 tetapi juga terjadi regenerasi dari
katalis CeO1,5 pada kondisi operasi yang sama. Reaksi yang
terjadi,yaitu :
2 CeO 1,5
+CO2 à 2CeO2 + CO
Produk dari Reformer yang
berupa gas H2, CO, O2, N2, H2S dan
CH4 sisa dimasukkan ke dalam membran CH4 yang sebelumnya
didinginkan. Membran CH4 digunakan untuk memisahkan gas CH4
dengan gas lainnya. Hal ini dilakukan untuk memanfaatkan gas CH4
sebagai bahan bakar. Untuk selanjutnya
gas campuran (H2, CO, O2, N2, H2S
dan CH4 sisa) keluaran membran CH4 akan di campurkan
dengan steam di dalam reaktor HTM (Hydrogen Transport Membrane)
untuk mereaksikan CO dengan H2O pada suhu 400 oC dan
tekanan 150 psi. Dengan reaksi sebagai berikut :
CO + H2O
à CO2 + H2
Didalam reaktor HTM
terdapat membran hidrogen yang dapat langsung memisahkan produk H2
yang dihasilkan dari Reformer dan reaktor HTM. Hidrogen yang dihasilkan setelah
didinginkan, kemudian di salurkan ke pengguna (user).
Biogas dapat digunakan
sebagai bahan bakar dan sebagai sumber energy alternatif untuk penggerak
generator pembangkit tenaga listrik serta menghasilkan energi panas. Pembakaran
1 kaki kubik (0,028 meter kubik) biogas menghasilkan energy panas sebesar 10
Btu (2,25 kcal) yang setara dengan 6 kWh/m3 energi listrik atau 0,61 L bensin,
0,58 L minyak tanah, 0,55 L diesel, 0,45 L LPG
(Natural Gas), 1,50 Kg kayu bakar, 0,79 L bioethanol.
C. Pembuatan Kompos dari Sampah Organik
Kompos
didefinisikan sejenis pupuk organik, dimana kandungan unsur N, P dan K yang
tidak terlalu tinggi , hal ini membedakan kompos dengan pupuk buatan. Kompos
sangat banyak mengandung unsur hara mikro yang berfungsi membantu memperbaiki
struktur tanah dengan meningkatkan porositas tanah sehingga tanah menjadi
gembur dan lebih mampu menyimpan air (Tchobanoglous et al.,1993). Cara atau
metoda untuk membuat kompos adalah proses composting.
Proses composting adalah proses biologi yang
mendekomposisi sampah (terutama sampah organik basah) menjadi kompos karena adanya interaksi
kompleks dari organisme yang terdapat secara alami. Sampah yang dapat
dikomposkan adalah sayuran, buah,
daging, ikan, nasi, ampas perasan kelapa,
dan potongan rumput /daun/ ranting dari kebun.
Gambar 3. Sampah yang dapat dikomposkan
- Pembuatan kompos secara sederhana
a.
Pembuatan
starter
Nasi (baru maupun basi) dibentuk bulat sebesar bola
ping-pong sebanyak 4 buah. Diamkan
selama tiga hari sampai keluar jamur yang berwarna kuning, jingga, dan abu-abu.
Bola nasi jamuran kemudian dimasukkan ke dalam botol/wadah plastik. Tuang air satu gayung yang sudah dicampur
gula sebanyak empat sendok makan ke dalam botol/wadah yang berisi nasi jamuran.
Diamkan selama satu minggu. Campuran nasi dan air gula tersebut akan berbau
asam seperti tape.Starter sudah bisa digunakan untuk membuat kompos, dengan
cara dicampur air. Perbandingan stater dengan air sebesar 1: 5
b.
Pembuatan
kompos
1. Memasukkan sekam kedalam suatu wadah dan
tempatkan pada bagian bawah keranjang, berfungsi untuk menyerap air, mengurangi
bau dan mengontrol udara agar mikroba berkembang dengan baik.
2. Memasukkan kardus bekas kedalam keranjang
di atas bantalan sekam
3. Mengisi wadah mikroorganisme pengurai sebagai aktivator /Stater/EM4 (effective microorganism)
3. Mengisi wadah mikroorganisme pengurai sebagai aktivator /Stater/EM4 (effective microorganism)
4. Memasukkan
bahan yang akan dikomposkan yang sebelumnya harus dipotong kecil-kecil
ukuran 2 cm x 2 cm. Bila sampah berupa sisa nasi atau sampah lain yang berkuah,
tiriskan terlebih dahulu. Jika terlalu basah, tambahkan sekam atau serbuk kayu
gergajian. Aduk-aduk setiap selesai memasukkan bahan yang dikomposkan.
Agar kompos beraroma jeruk, anda bisa menambahkan kulit jeruk ke dalam keranjang.
Agar kompos beraroma jeruk, anda bisa menambahkan kulit jeruk ke dalam keranjang.
5. Memastikan
proses pengomposan berjalan, letakkan tangan kita 2 cm dari kompos. Bila terasa
hangat, dapat dipastikan proses pengomposan bekerja dengan baik. Jika tidak,
percikkan sedikit air u/ memicu mikroorganisme bekerja.
Lakukan kegiatan tersebut berulang-ulang selama 40 – 60 hari. Bahan yang telah menjadi kompos akan berwarna hitam, tidak berbau dan tidak becek.
Lakukan kegiatan tersebut berulang-ulang selama 40 – 60 hari. Bahan yang telah menjadi kompos akan berwarna hitam, tidak berbau dan tidak becek.
(Takakura, 2011)
Gambar.4 Kegiatan pengomposan
& tumpukan kompos
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Studi Biokonversi Sampah Organik Biogas http://www.fnr server.de/ cms35/ Biogas.399.0.html. diakses 10 maret 2015
Sutariningsih
Soetarto,E. 2002. Penggunaan
Mikroorganisme sebagai Agensia Bioremedasi, Sanitasi dan Perombak Limbah. Makalah
seminar sosialisasi Fakultas Biologi UGM ke beberapa SMU di Surakarta. Surakarta,
3 Agustus 2002
Sulistyo
Putro,H.,.2003 Menuai Biogas dari Limbah.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/07/ cakrawala/penelitian03.htm
diakses 10 maret 2015
Sa’id, E.G. 2006. Bioindustri: Penerapan
Teknologi Fermentasi. Jakarta: PT Mediyatama Sarana Perkasa
United Nations. 1996. ”Guidebook On Biogas
Development”. Economic and Social Commission for Asia and The Pacific. Bangkok,
Thailand Miller,1977
Tidak ada komentar:
Posting Komentar