SENYAWA ANTIBAKTERI
PADA MIKROALGA Chlorella sp.
By:Kiswanti
surya utami
Senyawa yang khusus untuk membunuh
atau menghambat pertumbuhan bakteri disebut senyawa antibakteri. Antibakteri
dapat berupa senyawa kimia sintetik atau produk alami. Antibakteri sintetik
dapat dihasilkan dengan membuat suatu senyawa yang sifatnya mirip dengan
aslinya yang dibuat secara besar-besaran, sedangkan yang alami didapatkan
langsung dari organisme maupun dari tumbuhan yang menghasilkan senyawa tersebut
dengan melakukan proses pengekstrakan. Senyawa antibakteri yang bersifat
membunuh bakteri disebut bakterisidal, sedangkan senyawa bakteri yang bersifat
menghambat bakteri disebut bakteristatik (Brock dan Madigan, 1991). Kriteria
zat ideal yang digunakan sebagai zat antibakteri adalah aktivitasnya yang luas,
tidak bersifat racun, ekonomis, sebaiknya bersifat membunuh daripada hanya
menghambat pertumbuhan bakteri (Pelczar dan Chan, 1986).
Saat ini lebih banyak dilakukan penggalian antibakteri
alami, salah satunya berasal dari tumbuh-tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang
memiliki senyawa antibakteri adalah mikroalga jenis Chlorella sp. yang memiliki tubuh seperti bola dan berwarna hijau.
Menurut Setyaningsih, dkk. (2005) antibakteri yang dihasilkan oleh Chlorella sp. merupakan antibakteri
alami yang mempunyai kelebihan yaitu lebih aman penggunannya. Khamidah (2013) melakukan penelitian tentang
uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol mikroalga Chlorella sp. dihasilkan zona hambat tertinggi terhadap bakteri E. coli (9.9 mm) dan S. aureus (12 mm) diperoleh pada fase stasioner. Utami
(2014) uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat, kloroform, petroleum eter,
dan n-heksana hasil hidrolisis ekstrak metanol mikroalga Chlorella sp. dihasilkan zona hambat tertinggi untuk bakteri S. aureus sebesar 10 mm pada fraksi petroleum eter.
Golongan senyawa
antibakteri yang terdapat dalam mikroalga Chlorella
sp. antara lain: steroid dan tanin. Khamidah (2013) hasil uji fitokimia
ekstrak metanol mikroalga Chlorella sp.
adalah golongan senyawa steroid dan tanin. Menurut Morin dan Gorman
(1995) senyawa steroid memiliki struktur lipofilik yaitu senyawa yang larut
dalam lemak. Steroid dapat berinteraksi dengan membran fosfolipid sel bakteri
yang bersifat permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik sehingga menyebabkan
integritas membran menurun, morfologi membran berubah, dan akhirnya dapat
menyebabkan membran sel bakteri rapuh dan lisis. Akibat lisis dari membran sel,
senyawa yang terdapat dalam sitoplasma (seperti: inti sel, mesosom, protein dan
lain-lain) akan keluar sehingga mengakibatkan kematian bakteri.
Mekanisme tanin sebagai antibakteri menurut Naim (2004) berhubungan
dengan kemampuan tanin dalam menginaktifkan adhesin sel (molekul yang menempel
pada sel inang) bakteri yang terdapat pada permukaan sel. Tanin memiliki target
pada polipeptida dinding sel sehingga akan menyebabkan kerusakan pada dinding
sel. Hal ini akan menyebabkan sel bakteri menjadi lisis, sehingga sel bakteri
akan mati. Gilman, dkk. (1991) pada proses perusakan membran sel, ion H+
dari senyawa fenol dan turunannya termasuk tanin akan menyerang gugus polar
(gugus fosfat) sehingga molekul fosfolipid akan terurai menjadi gliserol, asam
karboksilat, dan asam fosfat. Hal ini mengakibatkan fosfolipid tidak mampu
mempertahankan bentuk dari membran sel, sehingga membran akan bocor dan bakteri
akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan kematian.
Daftar pustaka
Brock dan
Madigan. 1991. Biology of Microorganism
Fifth Edition. Prentice Hall International.
Gilman, A.G, T.
Rall, A. Nies dan P. Taylor. 1991. The Pharmalogical Basic of the Raupetics.
Khamidah, U. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Metanol Mikroalga Chlorella sp.
Hasil Kultivasi dalam Medium Ekstrak
Tauge Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Morin, R.B. dan Gorman, M. 1995. Kimia dan Biologi Antibiotik β-lactam
(Chemistry and Biologi β-lactam
Antibiotics) Edisi III. Semarang: IKIP Semarang Press.
Naim, R. 2004. Senyawa
Antimikroba dari Tanaman (online). http://www.kompas.com/kompas-cetak/04/09/15/sorotan/1265264.htm
Pelczar dan Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi, Alih Bahasa: Hadioetomo, R.S. Jakarta: UI Press.
Setyaningsih,
I.; Desniar dan Sriwardani, T. 2005. Konsentrasi hambatan Minimum Ekstrak Chlorella sp. Terhadap Bakteri dan Kapang. Buletin Teknologi Hasil Perikanan.
Volume VIII, Nomor 1: 25-34.
Utami, K.U. 2014. Uji Aktivitas
Antibakteri Fraksi Etil Asetat, Klorofom, Petroleum Eter, dan n-Heksana Hasil Hidrolisis Ekstrak Metanol Mikroalga Chlorella sp. Skripsi. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar