Biokonversi
Limbah Cair Industri Pengolahan Susu Sebagai Bahan Dasar Pembuatan pupuk Dengan
Mikroorganisme Azotobacter Chroococcuum,
Pseudomonas Putida, dan Aspergillus
Niger
Oleh : Dodiy Firmansyah
Jurusan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
Industri
susu di Indonesia semakin menjanjikan seiring bertambahnya produk olahan yang
berbahan dasar susu sehingga mendorong produsen susu untuk terus menambah
produksi dan membangun pabrik baru di wilayah – wilayah Indonesia. Penanganan
serta pengolahan susu
yang tepat akan
memberikan nilai tambah yang optimal bagi para pemilik kepentingan
yang terkait dengan konsumen susu. Komponen
penting dalam air
susu adalah protein,
lemak, vitamin, mineral, laktosa serta enzim - enzim dan beberapa jenis
mikroba yang bermanfaat bagi kesehatan sebagai probiotik.
Produk - produk olahan susu yang sudah
dikenal dalam industri pengolahan susu antara lain susu fermentasi, mentega,
susu pasteurisasi atau sterilisasi, es krim, karamel atau kembang gula, dan
tahu susu. Namun, di sisi lain juga menimbulkan kekhawatiran baru dalam
peningkatan volume limbah yang dihasilkan. Volume air limbah pabrik susu di
Indonesia, rata – rata menghasilkan limbah dengan volume sebesar 2 liter/kg produk
susu.[1]
Dalam
industri pengolahan susu, limbah yang dihasilkan berupa limbah padatan dan
limbah cair. Limbah padatan merupakan sisa saringan, sisa kemasan, serta
padatan saat pencucian. Sedangkan limbah cair umumnya merupakan sisa – sisa
susu yang tumpah selama proses produksi berlangsung, limbah cair industri susu
mempunyai karakeristik khas yaitu lebih
rentan terhadap bakteri pengurai sehingga harus segera diolah terlebih dahulu
agar tidak terjadi pembusukan yang dapat membahayakan lingkungan.
Limbah
cair dari industri pengolahan susu dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan pupuk, bahan pakan ternak dan digunakan sebagai media tanam untuk
tanaman khias. Pemanfaatan limbah cair industri pengolahan susu sebagai bahan
dasar pembuatan pupuk perlu dilakukan sebagai salah satu upaya menanggulangi
pencemaran limbah pada lingkungan dan menambah refrensi pembuatan pupuk.
Industri
pengolahan susu diharuskan melakukan pengolahan limbah sebelum limbah hasil
produksinya dibuang ke lingkungan. Bahan organik yang terlarut dalam limbah
disaring melalui beberapa tahap penyaringan, selanjutnya disalurkan kedalam
kolam penampungan. Pengolahan limbah ini akan menghasilkan lumpur susu yang
diendapkan pada kolam penampungan.
Teknik
pengolahan limbah susu pada umumnya dilakukan dengan mengkombinasikan teknik
secara fisika , biologi, dan kimia. Secara fisika meliputi equalisasi,
sedimentasi, filtrasi, flotasi dan penyaringan. Secara kimia meliputi koagulasi
dan flokulasi, sedangkan secara biologi meliputi proses anaerob dan aerasi
lumpur aktif hal ini didasarkan karena karakteristik limbah cair industri susu
itu sendiri.[2]
Mikroorganisme
yang digunakan dalam pengolahan limbah susu menjadi bahan pembuatan pupuk cair
adalah Azotobacter Chroococcuum,
Pseudomonas Putida, dan Aspergillus
Niger. Aspergillus Niger
merupakan kapang sapropitik dapat tumbuh cepat dan tidak membahayakn karena
tidak menghasilkan mitoksin. Selain itu penggunannya mudah dan dapat
memproduksi beberapa enzim seperti amylase, pektinase, amilo-glukosidase, dan
selulase, serta enzim fitase ekstraseluler
dan dalam metabolisnya Aspergillus
Niger menghasilkan asam sitrat yang dapat menurukan pH substrat. Dalam
pertumbuhannya Aspergillus Niger membutuhkan
suhu, kelembaban, pH kadar air yang optimal.
Azotobacter Chroococcuum merupakan
bakteri garam-negatif aerob nonsimbiotik yang berfungsi sebagai pengikat N
bebas sehingga bakteri ini mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia
tanah dalam meningkatkan kesuburan tanah.[3] Pseudomonas Putida berfungsi melindungi
akar dari ifeksi fatogen tanah dengan cara mengkolinasi permukaan akar,
menghasilkan senyawa kimia seperti antijamur dan antibiotik serta
kompetisi dalam penyerapan kation Fe.[4] Beberapa
hasil penelitian menyatakan bahwa Pseudomonas Putida dapat
mengendalikan : penyakit layu fusarium pada tanaman pisang, penyakit virus
kuning pada tanaman cabai penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum)
pada tanaman kacang tanah.[5]
Penurunkan
kadar mangan (Mn) dan besi (Fe) dalam air tanah dapat dilakukan dengan menggunakan
metode airasi. Metode aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara mengisikan
oksigen ke dalam air atau memancarkan air ke udara agar bereaksi dengan
oksigen.[6] Setelah
itu dengan cepat kadar logam mineral dan besi yang larut dalam air akan mengendap
sebagai oksidanya. Setelah mengendap nantinya akan dihilangkan melalui proses
penyaringan .
Pada
penelitian ini limbah cair industri pengolahan susu disaring menggunakan kain
saring. Proses penyaringan yang dilakukan bertujuan untuk menyaring endapan
yang masih berada dalam limbah cair hasil pengolahan pada industri susu. kain
yang digunakan kerapatannya bagus agar semua kotoran serta endapan yang ada
dapat tersaring, kemudian dianalisa kadar nitrogen, phospat,
kalium, pH, dan temperaturnya.
Filtrat yang dihasilkan dicampur dengan tepung
tulang dan dianalisa kembali kandungan phospatnya. Penambahan tepung tulang
diharapkan mampu meningkatkan kadar Nitrogen, Phospor, dan Kalium didalam
limbah cair dari industri pengolahan susu. Tepung tulang yang digunakan
berukuran 100 mesh karena faktor ukuran tepung tulang berpengaruh terhadap
kadar hara dan dosis yang digunakan. Luas permukaan yang semakin besar menjamin
proses pertukaran atau pelepasan unsur hara yang terjadi pada pupuk cair
tersebut serta dilakukan pengadukan secara berkala selama satu minggu.
Filtrat
hasil penambahan tepung tulang diaerasi sampai kadar DO-nya lebih dari 2 mg O2
per liter. Sebagian campuran limbah diatur pH-nya menjadi 4 – 5 kemudian
dimasukkan Aspergillus Niger dan
sebagian yang lain ditambahkan Pseudomonas
Putida. Limbah cair dari industri pengolahan susu yang ditambahan Aspergillus Niger dan Pseudomonas Putida dikondisikan pada pH
asam yaitu pada pH 4 -5. pH asam pada limbah cair pengolahan susu tersebut
dikondisikan dengan penambahan CH3COOH karena dalam pertumbuhannya Aspergillus Niger membutuhkan suhu,
kelembaban, pH dan keadaan air yang optimal. Aspergillus Niger dapat menghasilkan asam sitrat secara efisien,
yang bermnafaat sebagai penyusun rasa dari berbagai macam buah – buahan.
Keasaman Asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat
melepas proton dalam larutan.
Setelah 3 hari aerasi
dihentikan dan dilakukan pengaturan pH larutan agar mendekati pH netral, lalu
dilakukan proses sterilisasi. Langkah berikutnya adalah penambahan bakteri Azotobacter Chroococcuum diikiti dengan
proses aerasi. Aerasi dihentikan pada hari ke – 3, kemudian sampel tersebut
disterilisasi kembali. Pupuk organik
cair yang sudah jadi dianalisa kadar nitrogen, phospat, dan kalium. Azotobacter Chroococcuum merupakn
bakteri penambat N2 udara. Bakteri pelarut P dapat menstimulir
pertumbuhan Azotobacter Chroococcuum, tetapi
bakteri penambat N tidak mempengaruhi bakteri pelarut P. kombinasi ketiga
inokulan tersebut mampu meningkatkan hasil gandum sampai lima kali lipat. Reaksi tambatan nitrogen sebagai
berikut.
4e- + 0,5 N2 + 4 H+ 8 NH3 + 0,5 H2 + 8 ADP + 8Pi
Sedangakan
Azotobacter Chroococcuum tumbuh pada
pH netral, penambahan NH4OH berfungsi untuk mengkondisikan limbah
cair dari industri pengolahan susu pada pH tersebut. Penambahan Pseudomonas Putida berperan sebagai
jasad renik pelarut fosfat, mengikat nitrogen dan menghasilkan zat pengatur
tumbuh bagi tanaman sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk biologis yang
dapat menyediakan hara untuk pertumbuhan tanaman.[7]
DAFTAR
RUJUKAN
[1]
Usmawati Sri, Abubakar.
2009. Teknologi Pengolahan Susu. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor
[2]
http://djufree.blogspot.com/2013/02/v-behaviorurldefaultvmlo_23.html. Waktu akses : 21 Maret 2015 pukul ; 6.30 pm
[3]
pengaruh pupuk kandang Dan
NPK terhadap populasi bakteri Azotobacter dan budidaya cabai (Capsicum Anmum). (www.biosains.mipa.uns.ac.id)
2009. Diakses pada tanggal 21
Maret 2015 pukul 10.00 WIB
[4]
Analisis resiko agens
hayati untuk pengendalian pathogen pada tanaman. Dalam jurnal litbang pertanian
25 (3), 2006
[5]
Efektifitas Pseudomonas flourescens Terhadap
Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)
Pada Tanaman Kacang Tanah. Dalam Jurnal HPT Tropika. ISSN 1411-7525.
Vol. 9 No. 2 ; 174 – 180, September , 2009
[7] Ardiana kartika B. 2012. Teknik
Eksplorasi dan Pengembangan Bakteri Pseudomonas
flourescens. www.laboratoriumphpbanyumas.com/isiwebsite/AGENSIA
HAYATI/eksplorasi Pseudomonas Flourescens.pdf. diakes pada tanggal 21 Maret
2015 pukul 10.00 WIB
Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller Boiler evapko STP wwtp dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com terima kasih
BalasHapus