Oleh : Alda Khairunnisa
Sequential Injection
Analysis (SIA) merupakan generasi kedua dari teknik flow
injection yang dikembangkan oleh Ruzicka and Marshall sebagai
salah satu metode penanganan sampel (Ruzicka
J, Marshall GD, 1990). Seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 1, Perbedaan
SIA dengan Flow Injection Analysis
(FIA) terletak pada jenis pompa, multiposition valve dan pengaturan sistem
kerja dimana seluruh pengaturan SIA dikendalikan oleh komputer (Paraskevas,2012). Pada
mutiposition valve SIA, terdapat beberapa channel yang dihubungkan dengan
sampel, reagen, mixing coil, limbah dan detektor. Pengaturan sistem mutiposition
valve tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan analisa sampel. Sampel dan reagen dapat diinjeksikan masuk ke dalam
sistem SIA menggunakan jenis pompa dua arah (syringe pump). Jenis pompa ini memliki kemampuan untuk menarik (aspirate) dan mendorong (dispense) larutan. Pada sistem SIA, sebuah
holding coil ditempatkan antara pompa dan multiposition valve yang berguna
sebagai tempat pemberhentian sementara sampel dan reagen (Paraskevas,2012).
Gambar 1 : Rangkaian
sistem Sequential Injection Analysis (SIA) : P=Pump, C=carrier solution,
HC=Holding Coil, MPV=multi-position valve, RC=reaction Coil, D=detector,
W=waste, R1&R2= reagents, S=Sample, S1-S4=Sequential Injection Step
(Paraskevas,2012)
Secara
umum mekanisme kerja SIA, larutan sampel dan reagen akan ditarik masuk ke dalam
holding coil menggunakan pompa syringe
pada posisi aspirate secara
berurutan. Untuk menyempurnakan proses reaksi, larutan tersebut kemudian
dialirkan ke dalam mixing coil dengan menggunakan jenis pompa yang sama pada
posisi dispense. Larutan sampel dan
reagen akan terdorong masuk ke dalam mixing coil. Pada keadaan ini sampel dan
reagen bereaksi secara kimia sehingga dapat diukur secara kuantitatif menggunakan
detektor. Larutan campuran kemudian di alirkan menuju detektor menggunakan
carrier. Carrier dapat mendispersi larutan campuran sehingga menghasilkan
puncak sinyal yang terbaca pada detektor seperti Gambar 2 (Supaporn K,2012).
Gambar 2 : Zona dispersi
larutan sebelum masuk ke detektor
(Supaporn
K,2012).
Keuntungan
sistem SIA dibanding FIA adalah (Paraskevas,2012 dan Supaporn K,2012):
a) SIA
merupakan sistem yang teautomatisasi sehingga semua perintah dikendalikan oleh
komputer.
b) SIA
memanfaatkan manifold sederhana yang dapat digunakan untuk
mengambil berbagai
jenis larutan
c) penggunaan
reagen dan carrier jauh berkurang
d) operasi
dua arah dari sistem pompa SIA dapat memudahkan dalam proses preparasi sampel
dan pengukuran dengan detektor.
SIA telah banyak diaplikasikan dalam berbagai metode
penanganan sampel dan analisa. Salah satu penelitian yang mengaplikasikan SIA
dilakukan oleh Claudio dkk pada tahun 2000. Penelitian Claudio menggunakan
microwave unuk mendestruksi sampel makanan sehingga mineral Ca, Mg dan Fe dapat
diperoleh. Mineral–mineral tersebut kemudian direaksikan dengan pereaksi
pengompleks yang dapat membentuk senyawa kompleks berwarna sehingga dapat
diukur detektor spektofotometri pada panjang gelombang 558nm. Keseluruhan
proses tersebut dilakukan oleh sistem SIA yang diatur dengan komputer. Sampel makanan padat 0,25 gram terlebih dahulu
dihaluskan <60 µm kemudian dilarutkan dengan Trinton X-100 dan
air pada labu takar 25mL. Sedangkan pada sampel cair, susu dilarutkan dengan
air perbandingan 1:100 (v/v). Larutan sampel yang telah siap selanjutnya dapat
dihubungkan dengan sistem SIA sesuai gambar 3. Sampel dan asam akan ditarik
masuk ke HC oleh pompa. Larutan Carrier lalu dialirkan ke HC dan membawanya
menuju oven microwave untuk proses destruksi. Pada proses destruksi, komponen
organik dalam sampel dihilangkan melalui proses digesting menggunakan asam diikuti pemanasan pada temperatur 250OC dan tekanan 35 bar. Pada akhir proses
digesting, gas CO2 dan uap H2O yang terbentuk akan
dialirkan keluar oleh line L3.
Gambar 3: Sequential
Injection System, C: Carrier, HC: Holding Coil, V1: multi-port valve,
D:Detector, S:Sample, Acid : HNO3, EGTA 6 X 10-3 Mol/L, o-cresolphthalein solution (CPC) 0,02%
(w/v) pH 10,5 , o-phenanthroline (phen) 0,025% (w/v), L1 & L2 transmission
line, mw: microwave oven, b : digestion bomb, V2 : six-port valve, L3: line gas
out after digesting process end , DS : safety disk, W: waste
Mineral yang diperoleh
dari proses digesting tersebut selanjutnya ditarik menuju HC dengan menggunakan
pompa diikuti penarikan larutan pengompleks. Larutan pengompleks yang digunakan
adalah CPC yang dapat membentuk kompleks berwarna dengan ion Mg dan Caserta
phen yang dapat membentuk kompleks dengan ion Fe (Besi). Untuk mencegah
kompleks Ca-CPC terbentuk pada penentuan Mg, digunakan EGTA sebagai masking agent. EGTA akan membentuk kompleks dengan Ca sehingga
kompleks Mg-CPC dapat terbentuk sempurna dan terukur pada panjang gelombang
558nm oleh detektor (tahap 1). Kada Ca ditentukan dengan cara mereaksikan
larutan sampel-CPC (tahap 2). Jumlah Ca dalam sampel dihitung melalui
pengurangan hasil konsentrasi yang terukur pada tahap 2 dengan konsentrasi yang
terukur pada tahap 1. Pada penentuan Fe, larutan sampel direaksikan dengan
reagen Phen pada pH 4,5 yang dapat membentuk kompleks berwarna. Agar ion Fe3+
tidak tereduksi menjadi Fe2+, digunakan asam askorbat 1% (w/v) dan
sodium asetat (1M) yang ditambahkan ke dalam reagen phen. Pada penelitian Claudio,
hasil pengukuran menggunakan sistem SIA dibandingkan dengan metode destruksi
konvensonal yang diukur menggunakan FAAS (flame atomic absorption spectrometry). Pada tabel 1, terlihat bahwa konsentrasi Ca, Mg
dan Fe (ppm) yang diukur menggunakan SIA tidak berbeda nyata dengan FAAS dengan
batas kepercayaan 95%. Tabel tersebut juga menunjukan bahwa nilai kesalahan
pengukuran SIA dibandingkan dengan FAAS hanya berkisar 0,5-6,0 % (Claudio dkk, 2000).
Tabel
1: Perbandingan hasil pengukuran mineral menggunakan
SIA dengan FAAS
Daftar
Pustaka :
Paraskevas D. Tzanavaras,
2012, Sequential Injection Analysis: A useful Analytical Tool in Drug
DissolutionTesting, Tzanavaras, Pharmaceut Anal Acta 2012, 3:5.
Supaporn Kradtap
Hartwellm, 2012, Review Article Flow Injection/Sequential Injection Analysis
Systems:Potential Use as Tools for Rapid Liver Diseases Biomarker Study,
Hindawi Publishing CorporationInternational Journal of Hepatology, volume 2012,
pages 8.
Cláudio C. Oliveiraa,
Raquel P. Sartinia, Elias Ayres Guidetti Zagattob, 2000, Microwave-assisted
sample preparation in sequential injection:spectrophotometric determination of
magnesium, calcium and iron in food, Analytica Chimica Acta 413 (2000) 41–48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar