Analisis Merkuri secara
Sederhana pada Limbah Pertambangan Emas
oleh: Silvi Avianti Indriana
Merkuri
merupakan logam yang memiliki nomor atom (NA=80) dan memiliki massa molekul
relatif (Mr=200, 59). Merkuri diberi simbol Hg yang merupakan singkatan dari
bahasa Yunani yaitu ‘Hydrargyricum’
yang berarti cairan perak. Merkuri satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam
temperatur kamar (25 °C), titik leburnya paling rendah -39 °C,
serta titik didih 35 °C. Selain itu, merkuri juga memiliki
kecenderungan menguap lebih besar, mudah berikatan dengan logam lain, dan
merupakan konduktor yang baik. Di alam, merkuri paling sering ditemukan dalam
bentuk logam raksa, merkuri sulfida, merkuri klorida, dan metil merkuri.
Merkuri disebarkan ke lingkungan melalui penggunaan bahan pertanian, obat-obatan,
cat, kertas, sisa buangan industri, ataupun hasil sisa pernambangan emas [1,7,
8].
Keberadaan merkuri di alam secara
ilmiah berada dalam beberapa bentuk yaitu [8]:
1.
Merkuri
elemental
Merkuri elemental merupakan logam
berwarna putih, berkilau dan pada suhu kamar berbentuk cairan yang mudah
menguap. Merkuri elemental sering kali digunakan untuk bahan pembuat
termometer, amalgam gigi, pemurnian emas, dan juga digunakan untuk produksi gas
klorin serta kaustik soda. Merkuri ini juga digunakan untuk pembuatan baterai,
dan saklar listrik.
2.
Senyawa
merkuri anorganik
Senyawa merkuri anorganik terbentuk ketika merkuri bergabung
dengan elemen lain seperti klorin (Cl2), sulfur atau oksigen.
Senyawa-senyawa ini biasa disebut garam-garam merkuri. Senyawa merkuri
anorganik berbentuk bubuk putih atau kristal, kecuali merkuri sulfida (HgS)
yang biasa disebut Chinabar adalah
berwarna merah dan akan menjadi hitam setelah terkena sinar matahari. Senyawa
mekuri ini biasa digunakan sebagai disinfektan, pestisida, bahan cat,
antiseptik, baterai kering, fungisida dalam pengawetan kayu.
3.
Senyawa
merkuri organik
Senyawa merkuri organik terbentuk
ketika merkuri berikatan dengan karbon atau organomerkuri. Merkuri di
lingkungan ditemukan dalam jumlah kecil tetapi sangat membahayakan bagi manusia
dan hewan. Sebelum diketahui efek negatifnya merkuri organik dimanfaatkan untuk
fungisida biji-bijian, antifungi pada cat, dan digunakan sebagai sabun dan krem
pemutih kulit.
Merkuri dimanfaatkan dalam berbagai
bidang, diantaranya bidang pertanian, penambangan, perindustrian maupun bidang
lainnya. Dalam industri pulp dan
kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil
merkuri asetat) untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Merkuri juga digunakan
dalam industri cat untuk mencegah pertumbuhan jamur sekaligus sebagai komponen
pewarna. Dalam bidang pertanian, merkuri banyak digunakan sebagai fungisida.
Sedangkan dalam bidang penambangan, logam merkuri digunakan untuk proses
amalgamasi. Pada penambangan emas, logam merkuri digunakan untuk mengikat dan
memurnikan emas melalui pembentukan amalgam [8].
Merkuri digunakan dalam proses
pemurnian emas, yaitu memisahkan bijihnya yang masih tercampur dengan komponen
lain seperti perak, pasir, dan lain sebagainya. Dalam prosesnya, bijih emas
mentah tersebut dicampur merkuri dengan membentuk amalgam agar emas terpisah
dari logam lain. Emas tidak bereaksi dengan merkuri, namun komponen lain yang
bereaksi dengan merkuri hingga larut, sehingga amalgam Hg-Au yang memiliki
berat jenis lebih besar dari larutan dapat dipisahkan dari komponen lain.
Proses ini diikuti dengan pemanasan untuk menguapkan merkuri sehingga akhirnya
didapat emas murni. Limbah merkuri dan komponen lain kemudian dibuang ke
lingkungan atau perairan sungai tanpa memikirkan akibat selanjutnya [8].
Proses penambangan yang dilakukan
merupakan proses penambangan emas rakyat dalam skala kecil (Gold Small Scale Mining – GSM). Beberapa GSM yang ada di Indonesia
diantaranya adalah didaerah Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, serta Palu-Sulawesi Tengah [2-4].
Merkuri
merupakan racun yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kematian, baik
dalam bentuk unsur, gas, maupun dalam garam organik dan anorganik. Pada
manusia, semua komponen merkuri dapat menyebabkan kerusakan pada otak, hati,
dan ginjal. Ion merkuri menypebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses
presipitasi protein sehingga menghambat kerja enzim dan bertindak sebagai bahan
yang korosif. Merkuri juga terikat pada gugus sufihidril, fosforil, karboksil,
amida, dan amina, dalam gugus tersebut merkuri dapat menghambat fungsi enzim.
Toksisitas yang ditimbulkan oleh merkuri sesuai dengan bentuk kimianya [5, 7, 8].
Menurut
peraturan di Indonesia, merkuri memiliki
batas aman sebagai tercantum pada Tabel 2.1[8].
Tabel 1: Batas aman merkuri [8]
No
|
Peraturan
|
Kadar Hg yang
Diperbolehkan
|
1.
|
Permenkes No.907/2002: Kadar merkuri dalam air minum
|
0,001 mg/L
|
2.
|
Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990: Kadar merkuri dalam air bersih
|
0,001 mg/L
|
3.
|
Kepmenkes: 261/Menkes/SK/II/1998: Kadar Hg dalam udara tempat kerja
|
0,001 mg/L
|
4.
|
Keputusan Badan Pengawasan Obat dan Makanan No.3725/B/SK/VII/1989:
Kadar merkuri dalam makanan dan minuman
|
Dalam ikan segar: 0,5 mg/kg
Dalam sayuran: 0,03 mg/kg
Dalam biji-bijian: 0,05 mg/kg
|
5.
|
KepMenLH No.02/MenKLH/2002: Kadar merkuri dalam air sungai
|
Golongan A: 0,001 mg/L
Golongan B: 0,001 mg/L
Golongan C: 0,002 mg/L
Golongan D: 0,005 mg/L
|
Secara kimia, merkuri dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu merkuri elemental, merkuri anorganik, dan merkuri
organik. Merkuri elemental jika terhirup dapat masuk ke dalam paru-paru atau
menembus kulit, kemudian akan masuk ke dalam sistem peredaran darah. Sedangkan
merkuri anorganik dapat menembus kulit dan terserap oleh lambung, yang
menyebabkan gagal ginjal, sindroma nefrotik dan nefropati yang berhubungan
dengan gangguan imunologis. Merkuri
organik dalam bentuk rantai pendek alkil (metilmerkuri) dapat dengan
mudah masuk melalui plasenta dan berakumulasi dalam fetus yang mengakibatkan
kematian dalam kandungan, serta menyebabkan disfungsi otak sebelum
perkembangannya sempurna melalui degenerasi neuron di korteks cerebri dan
cerebellum, sehingga mengakibatkan parestesi distal, ataksia, disartria, serta
tuli [5].
Secara sederhana penentuan merkuri dalam
limbah penambangan emas dapat dilakukan dengan menggunakan test kit. Test kit
merupakan suatu metode analisis yang dikemas sebagai sistem komersial yang
mudah digunakan untuk menentukan keberadaan suatu analit spesifik dalam suatu
matriks tertentu tanpa memerlukan ketrampilan ataupun pelatihan kimia khusus
dalam penggunaannya [6]. Teknik pembacaan pada test kit terdapat kisaran warna yang proporsional terhadap
konsentrasi. Penggunaan test kit
dilakukan tanpa memerlukan laboratorium, listrik, ataupun biaya yang mahal,
sehingga dapat digunakan pula untuk analisis di lapangan secara kuantitatif.
Test kit merkuri berbasis kertas dan berbasis larutan berdasarkan
pembentukan kompleks merkuri(II)ditizon berwarna orange telah berhasil dibuat.
Pada test kit merkuri kertas tersebut beberapa parameter kimia telah diuji dan
diperoleh kondisi optimum sebagai berikut: waktu reaksi optimum adalah antara
3-13 menit, konsentrasi ditizon optimum 0,003%, Konsentrasi asam nitrat optimum
2 M, diameter spot reaksi optimum 1
cm. Berdasarkan kondisi optimum tersebut diperoleh komparator warna pada test
kit berbasis kertas dan larutan yang digunakan sebagai dasar penentuan merkuri
sebagai berikut [9]:
Gambar 1. Komparator warna test kit merkuri kertas konsentrasi 0,
10, 20 ppm [9]
Gambar 2. Komparator warna test kit merkuri berbasis larutan konsentrasi 1-10 ppm [9]
DAFTAR PUSTAKA
[1] Fardiaz, S, 1992, Polusi Air & Udara, Penerbit Kanisius, Jakarta.
[2] Limbong, D., kumampung, J.,
Rimper, J., Arai, T., and Miyazaki, N., 2002, Emissions and Environmental Implications of Mercury from Artisanal Gold
Mining in North, Sulawesi.
[3] Safrul,
H., 2003, Pencemaran Merkuri dan
Strategi Penanganan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Pongkor, Jawa Barat,
tesis, University Indonesia, Jakarta.
[4] Subanri, 2008, Kajian
Beban Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai Menyuke dan Gangguan
Kesehatan pada Penambang
Sebagai Akibat Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) Di Kecamatan Menyuke
Kabupaten Landak Kalimantan Barat, tesis, Program Pasca Sarjana Magister
Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.
[5]
Setiabudi, B. T., 2005, Penyebaran
Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo,
D.I. Yogyakarta, Yogyakarta.
[6] Anonimous¹, 1994, Test Kit Definitions and Modifications
Guideline, AOAC Research Institute.
[7] Alfian, Z., 2006, Merkuri: Antara Manfaat dan Efek
Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan
Lilngkungannya, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
[8] Lestarisa, T, 2010, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Keracunan Merkuri (Hg) pada Penambang Emas Tanpa Ijin (Peti) Di Kecamatan
Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Tesis, Magister Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro,
Semarang.
[9] Indriana, S. A., H. Sulistyarti,
Atikah, 2014, Pengaruh Konsentrasi Asam dan
Diameter Spot Reaksi aada Kemampuan
Deteksi Test Kit Merkuri(II), Kimia
Student journal, Vol. 1 No. 2, Hal 234-240, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar