Jumat, 12 Juni 2015

Analisis Merkuri secara Sederhana pada Limbah Pertambangan Emas

oleh: Silvi Avianti Indriana 
Cilvie3@gmail.com

Merkuri merupakan logam yang memiliki nomor atom (NA=80) dan memiliki massa molekul relatif (Mr=200, 59). Merkuri diberi simbol Hg yang merupakan singkatan dari bahasa Yunani yaitu ‘Hydrargyricum’ yang berarti cairan perak. Merkuri satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam temperatur kamar (25 °C), titik leburnya paling rendah -39 °C, serta titik didih 35 °C. Selain itu, merkuri juga memiliki kecenderungan menguap lebih besar, mudah berikatan dengan logam lain, dan merupakan konduktor yang baik. Di alam, merkuri paling sering ditemukan dalam bentuk logam raksa, merkuri sulfida, merkuri klorida, dan metil merkuri. Merkuri disebarkan ke lingkungan melalui penggunaan bahan pertanian, obat-obatan, cat, kertas, sisa buangan industri, ataupun hasil sisa pernambangan emas [1,7, 8].
Keberadaan merkuri di alam secara ilmiah berada dalam beberapa bentuk yaitu [8]:
1.      Merkuri elemental
Merkuri elemental merupakan logam berwarna putih, berkilau dan pada suhu kamar berbentuk cairan yang mudah menguap. Merkuri elemental sering kali digunakan untuk bahan pembuat termometer, amalgam gigi, pemurnian emas, dan juga digunakan untuk produksi gas klorin serta kaustik soda. Merkuri ini juga digunakan untuk pembuatan baterai, dan saklar listrik.
2.      Senyawa merkuri anorganik
Senyawa merkuri anorganik terbentuk ketika merkuri bergabung dengan elemen lain seperti klorin (Cl2), sulfur atau oksigen. Senyawa-senyawa ini biasa disebut garam-garam merkuri. Senyawa merkuri anorganik berbentuk bubuk putih atau kristal, kecuali merkuri sulfida (HgS) yang biasa disebut Chinabar adalah berwarna merah dan akan menjadi hitam setelah terkena sinar matahari. Senyawa mekuri ini biasa digunakan sebagai disinfektan, pestisida, bahan cat, antiseptik, baterai kering, fungisida dalam pengawetan kayu.
3.      Senyawa merkuri organik
Senyawa merkuri organik terbentuk ketika merkuri berikatan dengan karbon atau organomerkuri. Merkuri di lingkungan ditemukan dalam jumlah kecil tetapi sangat membahayakan bagi manusia dan hewan. Sebelum diketahui efek negatifnya merkuri organik dimanfaatkan untuk fungisida biji-bijian, antifungi pada cat, dan digunakan sebagai sabun dan krem pemutih kulit.
Merkuri dimanfaatkan dalam berbagai bidang, diantaranya bidang pertanian, penambangan, perindustrian maupun bidang lainnya. Dalam industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil merkuri asetat) untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Merkuri juga digunakan dalam industri cat untuk mencegah pertumbuhan jamur sekaligus sebagai komponen pewarna. Dalam bidang pertanian, merkuri banyak digunakan sebagai fungisida. Sedangkan dalam bidang penambangan, logam merkuri digunakan untuk proses amalgamasi. Pada penambangan emas, logam merkuri digunakan untuk mengikat dan memurnikan emas melalui pembentukan amalgam [8].
Merkuri digunakan dalam proses pemurnian emas, yaitu memisahkan bijihnya yang masih tercampur dengan komponen lain seperti perak, pasir, dan lain sebagainya. Dalam prosesnya, bijih emas mentah tersebut dicampur merkuri dengan membentuk amalgam agar emas terpisah dari logam lain. Emas tidak bereaksi dengan merkuri, namun komponen lain yang bereaksi dengan merkuri hingga larut, sehingga amalgam Hg-Au yang memiliki berat jenis lebih besar dari larutan dapat dipisahkan dari komponen lain. Proses ini diikuti dengan pemanasan untuk menguapkan merkuri sehingga akhirnya didapat emas murni. Limbah merkuri dan komponen lain kemudian dibuang ke lingkungan atau perairan sungai tanpa memikirkan akibat selanjutnya [8].
Proses penambangan yang dilakukan merupakan proses penambangan emas rakyat dalam skala kecil (Gold Small Scale Mining – GSM). Beberapa GSM yang ada di Indonesia diantaranya adalah didaerah Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, serta Palu-Sulawesi Tengah [2-4].
Merkuri merupakan racun yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kematian, baik dalam bentuk unsur, gas, maupun dalam garam organik dan anorganik. Pada manusia, semua komponen merkuri dapat menyebabkan kerusakan pada otak, hati, dan ginjal. Ion merkuri menypebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses presipitasi protein sehingga menghambat kerja enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Merkuri juga terikat pada gugus sufihidril, fosforil, karboksil, amida, dan amina, dalam gugus tersebut merkuri dapat menghambat fungsi enzim. Toksisitas yang ditimbulkan oleh merkuri sesuai dengan bentuk kimianya [5, 7, 8].
Menurut peraturan di Indonesia, merkuri memiliki batas aman sebagai tercantum pada Tabel 2.1[8].
Tabel 1: Batas aman merkuri [8]
No
Peraturan
Kadar Hg yang Diperbolehkan
1.
Permenkes No.907/2002: Kadar merkuri dalam air minum
0,001 mg/L
2.
Permenkes No.416/Menkes/Per/IX/1990: Kadar merkuri dalam air bersih
0,001 mg/L
3.
Kepmenkes: 261/Menkes/SK/II/1998: Kadar Hg dalam udara tempat kerja
0,001 mg/L
4.
Keputusan Badan Pengawasan Obat dan Makanan No.3725/B/SK/VII/1989: Kadar merkuri dalam makanan dan minuman
Dalam ikan segar: 0,5 mg/kg
Dalam sayuran: 0,03 mg/kg
Dalam biji-bijian: 0,05 mg/kg
5.
KepMenLH No.02/MenKLH/2002: Kadar merkuri dalam air sungai
Golongan A: 0,001 mg/L
Golongan B: 0,001 mg/L
Golongan C: 0,002 mg/L
Golongan D: 0,005 mg/L

Secara kimia, merkuri dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu merkuri elemental, merkuri anorganik, dan merkuri organik. Merkuri elemental jika terhirup dapat masuk ke dalam paru-paru atau menembus kulit, kemudian akan masuk ke dalam sistem peredaran darah. Sedangkan merkuri anorganik dapat menembus kulit dan terserap oleh lambung, yang menyebabkan gagal ginjal, sindroma nefrotik dan nefropati yang berhubungan dengan gangguan imunologis. Merkuri organik dalam bentuk rantai pendek alkil (metilmerkuri) dapat dengan mudah masuk melalui plasenta dan berakumulasi dalam fetus yang mengakibatkan kematian dalam kandungan, serta menyebabkan disfungsi otak sebelum perkembangannya sempurna melalui degenerasi neuron di korteks cerebri dan cerebellum, sehingga mengakibatkan parestesi distal, ataksia, disartria, serta tuli [5].
Secara sederhana penentuan merkuri dalam limbah penambangan emas dapat dilakukan dengan menggunakan test kit. Test kit merupakan suatu metode analisis yang dikemas sebagai sistem komersial yang mudah digunakan untuk menentukan keberadaan suatu analit spesifik dalam suatu matriks tertentu tanpa memerlukan ketrampilan ataupun pelatihan kimia khusus dalam penggunaannya [6]. Teknik pembacaan pada test kit terdapat kisaran warna yang proporsional terhadap konsentrasi. Penggunaan test kit dilakukan tanpa memerlukan laboratorium, listrik, ataupun biaya yang mahal, sehingga dapat digunakan pula untuk analisis di lapangan secara kuantitatif.

  Test kit merkuri berbasis kertas dan berbasis larutan berdasarkan pembentukan kompleks merkuri(II)ditizon berwarna orange telah berhasil dibuat. Pada test kit merkuri kertas tersebut beberapa parameter kimia telah diuji dan diperoleh kondisi optimum sebagai berikut: waktu reaksi optimum adalah antara 3-13 menit, konsentrasi ditizon optimum 0,003%, Konsentrasi asam nitrat optimum 2 M, diameter spot reaksi optimum 1 cm. Berdasarkan kondisi optimum tersebut diperoleh komparator warna pada test kit berbasis kertas dan larutan yang digunakan sebagai dasar penentuan merkuri sebagai berikut [9]:

Gambar 1. Komparator warna test kit merkuri kertas konsentrasi 0, 10, 20 ppm [9]

Gambar 2. Komparator warna test kit merkuri berbasis larutan konsentrasi 1-10 ppm [9]

 

DAFTAR PUSTAKA

[1]   Fardiaz, S, 1992, Polusi Air & Udara, Penerbit Kanisius, Jakarta.
[2] Limbong, D., kumampung, J., Rimper, J., Arai, T., and Miyazaki, N., 2002, Emissions and Environmental Implications of Mercury from Artisanal Gold Mining in North, Sulawesi.
[3] Safrul, H., 2003, Pencemaran Merkuri dan Strategi Penanganan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Pongkor, Jawa Barat, tesis, University Indonesia, Jakarta.
[4] Subanri, 2008, Kajian Beban Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai Menyuke dan Gangguan Kesehatan pada Penambang Sebagai Akibat Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) Di Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat, tesis, Program Pasca Sarjana Magister Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.
[5] Setiabudi, B. T., 2005, Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta, Yogyakarta.
[6] Anonimous¹, 1994, Test Kit Definitions and Modifications Guideline, AOAC Research Institute.
[7] Alfian, Z., 2006, Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan  Manusia dan Lilngkungannya,  Universitas Sumatera Utara, Medan.
[8] Lestarisa, T, 2010, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri (Hg) pada Penambang Emas Tanpa Ijin (Peti) Di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Tesis, Magister Kesehatan Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.
[9] Indriana, S. A., H. Sulistyarti, Atikah, 2014, Pengaruh Konsentrasi Asam dan Diameter Spot Reaksi aada Kemampuan Deteksi Test Kit Merkuri(II), Kimia Student journal, Vol. 1 No. 2, Hal 234-240, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar