POTENSI EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia
Lamk) DAN EKSTRAK TEMU IRENG (Curcuma aeruginosa Roxb) PADA PEMBUATAN SEL
SURYA PEWARNA TERSENSITISASI (SSPT)
RIZQI MUNANDHAR
JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
Email : munandharrizqi@gmail.com
Pendahuluan
Pertumbuhan populasi
penduduk, perkembangan
industri dan perkembangan teknologi menyebabkan pemenuhan kebutuhan energi
semakin meningkat. Energi yang dihasilkan sampai saat ini masih bersumber dari
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga kemungkinan besar
ketersediaan energi akan berkurang baik dalam waktu dekat maupun waktu lambat.
Hal tersebut terjadi karena kebutuhan terhadap energi yang tidak terbatas
sementara ketersediaan energi yang dihasilkan terbatas, sehingga dibutuhkan
solusi-solusi baru untuk menciptakan sebuah alternatif sumber energi yang
terbarukan, praktis, murah dan ramah lingkungan.
Solusi
masalah dapat diatasi apabila manusia memanfaatkan secara optimal sumberdaya
alam lainnya yang bisa dieksploitasi terus menerus namun bisa diperbaharui.
Angin, arus laut, panas bumi, dan sinar matahari adalah sumber daya alam yang
bagus untuk mengatasi masalah ketersediaan energi, terutama sinar matahari
(Baskoroadi, 2011). Suplai energi matahari yang diterima oleh permukaan bumi
sebenarnya sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 × 1024 joule pertahun.
Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh
dunia saat ini. Oleh karena itu, sinar matahari merupakan alternatif sumber
energi yang dapat dikembangkan melalui konversi energi cahaya menjadi energi
listrik secara langsung atau efek fotovoltaik dengan sistem sel surya. Dengan
kata lain, jika permukaan bumi ditutup sebesar 0,1 % menggunakan piranti sel
surya yang memiliki efisiensi 10 % sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi
listrik di seluruh dunia saat ini. Perkembangan yang pesat dari industri sel
surya pada tahun 2004 telah mencapai tingkat 1000 MW (Brian, 2010).
Sel
Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT)
menggunakan dye sebagai pembangkit
elektron. Dye yang
digunakan dalam sel surya dapat
berasal dari bahan anorganik
atau bahan organik. SSPT dengan dye
berbahan organik maupun anorganik
ini mempunyai harga perakitan relatif lebih murah dibandingkan sel
surya yang terbuat dari silikon. Hal ini dikarenakan dye pada SSPT dapat berasal dari bahan alam (Hardian, 2010). Sebagai perbandingan, sel surya pewarna tersensitisasi terbaru lapisan
tipis material nano TiO2 mampu menghasilkan efisiensi 11 %, dengan harga
yang 6 kali lebih murah dari pada sel
surya yang dibuat dari material
kristalin, sedangkan efisiensi
material kristalin hanya selisih 4 kali yakni 41 %
(Janseen dan Wienk, 2010).
Penelitian
sel
surya tersensitisasi dye ekstrak antosianin bunga kol merah yang telah
dilakukan oleh Maddu dkk. (2007) menghasilkan daya 2,8 ´ 10-3
mW dan 3,67 ´ 10-3 mW, pada
variasi
perendaman 1 dan 24 jam dengan illuminasi
cahaya matahari. Penelitian Wijayanti (2010), Sel surya yang tersensitisasi
dye klorofil bayam telah menghasilkan daya sekitar 1,49 ´ 10-2 mW dengan pengiluminasi
cahaya sebesar 1050 lux. Penelitian Rahmawati (2011), dengan
sensitisasi dye antosianin ekstrak antosianin strawberi
menghasilkan daya 7,16 ´ 10-5 mW dan 8,8 × 10-5 mW pada variasi perendaman 24 jam
dan 48 jam, dengan illuminasi cahaya matahari. Berdasarkan syarat penggunaan
dye, daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan temu ireng (Curcuma
aeruginosa Roxb) berpotensi sebagai dye pada pembuatan sel
surya pewarna tersensitisasi (SSPT). Metode pengambilan
ekstrak daun jati belanda dan temu ireng dengan metode ekstraksi maserasi
menggunakan pelarut etanol (Umar, 2008).
Hasil dan Diskusi
Pengukuran
Kadar Fenolik Total
Penentuan kandungan fenolik total pada ekstrak
daun jati belanda dan temu ireng dilakukan dengan menggunakan metode
Folin-Ciocalteu, semua senyawa fenolik termasuk fenol sederhana dapat bereaksi dengan
reagen Folin-Ciocalteu. Reaksi ini melibatkan oksidasi gugus fenolik (ROH)
(Rohman, dkk., 2005). Prinsip metode Folin-Ciocalteu adalah reaksi oksidasi dan
reduksi kolorimetrik untuk mengukur semua senyawa fenolik dalam sampel uji.
Reduksi reagen Folin-Ciocalteu ini menghasilkan warna biru sesuai dengan kadar
fenol total yang bereaksi. Kandungan senyawa fenolik pada ekstrak daun jati
belanda dan temu ireng diukur dengan menggunakan spektrofotometer Elisa pada
panjang gelombang 655 nm. Hasil yang diperoleh dinyatakan sebagai ekivalen asam
galat (EAG/g sampel). Asam galat digunakan sebagai standar pengukuran
dikarenakan asam galat merupakan senyawa polifenol yang terdapat dihampir semua
tanaman (Santana, dkk., 2009).
Penentuan kadar fenol dibuat kurva
standar asam galat. Kurva standar dicari hubungan antara konsentrasi asam galat
dengan absorbansinya. Penentuan konsentrasi fenolik pada sampel sebagai hasil
nilai absorbansi sampel yang dihitung dengan analisis regresi linear.
Selanjutnya hasil pengukuran total yang diperoleh dinyatakan dalam satuan mg
GAE (Gallic acid Equivalent)/g sampel (Santana, dkk., 2009). Hasil
pengujian terhadap nilai fenolik dari ekstrak daun jati belanda dan temu ireng
dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.
Kandungan fenolik total pada ekstrak sampel
Sampel
|
Kadar Fenolik Total (mg GAE/g sampel)
|
Daun jati belanda
|
93,214
|
Temu ireng
|
23,714
|
Berdasarkan Tabel 1. didapatkan nilai fenolik
total yang dihasilkan dari ekstrak daun jati belanda sebesar 93,214 mg GAE/g, hasil tersebut cukup rendah dibandingkan penelitian Kusumowati (2012)
yang meneliti kandungan fenolik total daun jati belanda menghasilkan 95,465 mg
GAE/g sampel. Pada ekstrak temu ireng didapatkan nilai total fenolik sebesar 23,714
mg GAE/g, nilai ini cukup rendah bila dibandingkan penelitian Sum (2006) yang
meneliti kandungan fenolik total temu ireng menghasilkan 50,9 mg/g sampel.
Pengujian Sel Surya Pewarna Tersensitisasi
(SSPT)
Prototipe SSPT
yang telah dibuat, diukur dengan menempatkan kutub positif multimeter pada
elektroda kerja dan kutub negatif pada counter elektroda. Selanjutnya
diuji dengan menggunakan cahaya lampu halogen yang mempunyai daya sebesar
0,4488 Watt/m2. Lampu halogen di arahkan tegak lurus terhadap
permukaan sel surya dengan jarak 20 cm. Penggunaan cahaya lampu halogen
dikarenakan cahaya yang dihasilkan memiliki intensitas yang relatif stabil
setiap waktu. Parameter yang digunakan dalam pengukuran sel surya pewarna
tersensitisasi (SSPT) adalah tegangan (volt) dan arus (ampere). Pengukuran
dilakukan sebanyak tiga kali dengan variasi pengukuran volt-ampere-volt. Hasil
pengukuran dari SSPT sebagai ditunjukkan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengukuran daya dan efisiensi pada
SSPT
Lama Perendaman
|
Daya (mW)
|
Efisiensi (h) %
|
||
Daun Jati Belanda
|
Temu Ireng
|
Daun Jati Belanda
|
Temu Ireng
|
|
0 menit
|
11,8 ´ 10-4
|
11,8 ´ 10-4
|
1,75 ´ 10-1
|
1,75 ´10-1
|
10 menit
|
46,8 ´ 10-4
|
27,3 ´ 10-4
|
6,95 ´ 10-1
|
4,06 ´ 10-1
|
1 jam
|
123,1 ´ 10-4
|
58,4 ´ 10-4
|
18,28 ´ 10-1
|
8,66 ´10-1
|
24 jam
|
33,1 ´ 10-4
|
21,6 ´ 10-4
|
4,91 ´ 10-1
|
3,21 ´ 10-1
|
48 jam
|
12,8 ´ 10-4
|
18,3 ´ 10-4
|
1,90 ´ 10-1
|
2,72 ´ 10-1
|
Tabel 2.
menunjukkan bahwa sel surya pewarna tersensitisasi (SSPT) bekerja dengan menghasilkan energi listrik,
sedangkan untuk proses yang terjadi di dalam sel surya dirangkum pada persamaan
(1-5). Dye
(D) menyerap sebuah foton mengakibatkan elektron tereksitasi dari level
HOMO (Highest Occupied Molecular Oebital) ke LUMO (Lowest Unoccupied
Molecular Orbital) pada molekul dye. Dye tereksitasi (D*)
menginjeksi sebuah elektron kedalam pita konduksi (CB) semikonduktor (TiO2)
yang berada sedikit lebih tinggi daripada level konduksi TiO2.
Elektron tersebut melintasi melewati partikel-partikel TiO2 menuju
kontak belakang berupa lapisan konduktif transparan FTO (Flour Tin Oxide),
selanjutnya ditransfer melewati rangkaian luar menuju elektroda lawan. Elektron
masuk kembali kedalam sel dan mereduksi sebuah donor teroksidasi (I+)
yang ada di dalam elektrolit. Dye teroksidasi (D+) akhirnya
menerima sebuah elektron dari donor terseduksi (I3-) dan
tergenerasi kembali menjadi molekul awal (D). Rangkaian reaksi kimia di dalam
SSPT adalah sebagai berikut (Maddu, dkk (2007) :
D + cahaya → D* (1)
D* + TiO2 → e- (TiO2)
+ D+(2)
D* → D (3)
D+ + e- (TiO2)
→ D + TiO2(4)
2D+ + 3I- → 2D + I3- (5)
Tegangan
yang dihasilkan oleh sel surya pewarna tersensitisasi dye berasal dari
perbedaan tingkat energi konduksi elektroda semikonduktor TiO2
dengan potensial elektrokimia pasangan elektrolit redoks (I-/I3-).
Sedangkan arus yang dihasilkan dari sel surya ini terkait langsung dengan
jumlah foton yang terlibat dalam proses konversi dan bergantung pada intensitas
penyinaran serta kinerja dye yang digunakan.
Tabel 2 dengan menggunakan dye daun jati belanda diperoleh nilai efisiensi
maksimum pada lama perendaman 1 jam yaitu sebesar 18,28 ´ 10-1 % dengan daya sebesar 123,1 ´ 10-4 mW.
Sedangkan dengan menggunakan dye temu ireng diperoleh nilai efisiensi
maksimum pada lama perendaman 1 jam yaitu sebesar 8,66 ´ 10-1 %
dengan daya sebesar 58,4 ´ 10-4 mV.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar fenolik, terdapat korelasi yang erat antara
kadar fenolik total ekstrak daun jati belanda dan temu ireng dengan efisiensi
pengujian SSPT. Semakin tinggi nilai kadar fenolik total maka semakin tinggi
efisiensi yang dihasilkan oleh SSPT. Hal ini disebabkan senyawa fenolik dalam
daun jati belanda dan temu ireng terdiri dari struktur-struktur aromatis dan
gugus-gugus hidroksil sehingga akan memudahkan terjadinya delokalisasi
elektron, semakin banyak jumlah gugus hidroksil maka akan terdapat banyak
elektron yang tidak berpasangan yang dapat digunakan sebagai sumber elektron
yang dieksitasi. Daun jati
belanda dan temu ireng berpotensi sebagai dye dalam pembuatan SSPT,
apabila dibandingkan sistem sel surya tersensitisasi dye pertama kali
yang dikembangkan Gratzel (2013) dengan nilai efisiensi konversi mencapai 10-11
%.
Daftar Pustaka
Gratzel, M. 2003. Review: Dye Sensitized Solar Cell. Journal
photochemistry and photobiology. vol 4. 145-153.
Janseen R. Wienk, M. 2010. Organic and polymer solar cells 3Y280. Department of Chemical Engineering and Chemistry
and Department of Applied Physics, TU/e Sping.
Maddu, A. Zuhri. M. Irmansyah. 2007. Penggunaan Ekstrak Antosianin Kol
Merah Sebagai Fotosensitizer Pada Sel Surya TiO2 Nanokristal Tersensitisasi Dye. Makara Teknologi ITB,
Vol. 11. No. 2. Hal. 78-84.
Rahmawati, A. S. 2011. Pembuatan dan Karakterisasi Sel Surya
Titanium Dioksida Sensitisasi Dye Antosianin dari Ekstrak Buah Strawberry. Skripsi Tidak
Diterbitkan. Bogor: Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Institut Pertanian Bogor.
Rohman.
A., Sugeng, R. Dan Diah, U. 2005. Antioxidant Activities Total Phenolic And
Flavonoid Contents Of Ethil Acetat extract Of Mengkudu (Morinda citrifolia. L)
Fruits and Its Fractions. Fakultas Farmasi. Universitas Gajah Mada.
Santana,
P. Budyati, R. Dan Afiandi, N. 2009. Pengukuran Kapasitas Antioksidan
Menggunakan Metode DPPH dan Pengukuran Total Fenol. Laporan Praktikum.
Evaluasi Nilai Komponen Pangan. Bogor: ITB.
Umar F. 2008. Optimasi Ekstraksi Flavonoid
Total Daun Jati Belanda. Skripsi Tidak Diterbitkan. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Wijayanto, N. 2012. Cadangan
Minyak Menipis (Online). http://www.seputar- indonesia.com. (diunduh pada tanggal 4 Juli 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar