Analisis
dan Aplikasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)/ High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)
Oleh : Erasti Pratiwi
Pendahuluan
Kromatografi cair
kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi
yang tinggi karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa
tekanan tinggi dan detektor yang sangat sensitive dan beragam sehingga mampu menganalisis
berbagai analit secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen
tunggal maupun campuran. KCKT disebut juga dengan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) atau High Pressure Liquid Chromatography atau Modern
Liquid Chromatography merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas
untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah
bidang, antara lain : farmasi, lingkungan dan industri-industri makanan (Ditjen
POM, 1995).
Salah
satu contoh insturmentasi kromatografi adalah Hight Performance Liquid Chromatograhy (HPLC) dan Gas Chromatography (GC). HPLC merupakan
teknik pemisahan kromatografi yang menggunakan cairan sebagai fasa gerak dan
sebagai fasa diam dapat berupa suatu padatan atau senyawa tertentu yang terikat
secara kimia dengan padatan pendukungnya. GC adalah teknik pemisahan suatu komponen
yang didasarkan pada perbedaan distribusi dua komponen pada fase diam
(padat/cair) dan fase gerak (gas) (Day dan Underwood, 2002). Kedua
instrumentasi ini mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
Kromatografi Cair Tekanan Tinggi,
HPLC ini juga merupakan bentuk kromatografi kolom yang sering digunakan dalam
biokimia dan analisis kimia untuk memisahkan, mengidentifikasi, mengukur dan
memanjang. HPLC memanfaatkan kolom yang memegang chromatographic bahan kemasan
(tahap tak berubah), sebuah pompa yang bergerak selular fase (s) melalui kolom,
dan detektor yang menunjukkan ingatan waktu Molecules. Retensi waktu bervariasi
tergantung pada interaksi antara keadilan tahap, yang Molecules yang
dianalisis, dan larutan (s) yang digunakan.
Kromatografi jenis ini menggunakan
fase gerak berupa cairan yang dialirkan dengan tekanan sangat tinggi sedangkan
fase diamnya dapat berbagai macam, tergantung mode kromatografi yang dipilih
dalam proses pemisahan.
Menurut
(Putra, 2007), kelebihan KCKT dibandingkan dengan metode lain antara lain mampu
memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran; resolusinya baik; Mudah
melaksanakannya; kecepatan analisis dan kepekaannya tinggi; dapat dihindari
terjadinya dekomposisi/ kerusakan bahan yang dianalisis; dapat digunakan bermacam-macam
detector; kolom dapat digunakan kembali; mudah melakukan recovery cuplikan;
tekniknya tidak begitu tergantung pada keahlian operator dan
reprodusibilitasnya lebih baik; instrumennya memungkinkan untuk bekerja secara
automatis dan kuantitatif.
Cara Kerja KCKT/ HPLC
Kromatografi
merupakan teknik pemisahan dimana analit atau zat-zat terlarut terpisah oleh
perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan analit-analit tersebut melewati suatu
kolom kromatografi. Pemisahan analit tersebut diatur oleh distribusi dalam fase
gerak dan fase diam. Untuk mendapatkan hasil analisis yang baik, diperlukan
penggabungan secara tepat dari kondisi operasional seperti jenis kolom, fase
gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom dan
ukuran sampel (Rohman, 2007).
Adapun
komponen-komponen yang terdapat pada KCKT/ HPLC yaitu : (Putra, 2007)
a.
Wadah
Fase Gerak
Wadah fase gerak
terbuat dari bahan yang inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum digunakan
adalah gelas dan baja anti karat. Daya tampung tandon harus lebih besar dari
500 ml, yang dapat digunakan selama 4 jam untuk kecepatan alir yang umumnya 1-2
ml/menit.
b.
Pompa
Untuk menggerakkan fase
gerak melalui kolom diperlukan pompa. Pompa harus mampu menghasilkan tekanan
6000 Psi pada kecepatan alir 0,1 – 10 ml/menit. Pompa ada 2 jenis yaitu pompa
volume konstan dan pompa tekanan konstan. Pompa terbuat dari bahan yang inert
terhadap semua pelarut. Bahan yang umum digunakan adalah gelas baja antikarat
dan teflon. Aliran pelarut dari pompa harus tanpa denyut untuk menghindari
hasil yang menyimpang pada detektor.
c.
Injektor
Cuplikan harus
dimasukkan ke dalam pangkal kolom (kepala kolom), diusahakan agar sesedikit
mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom.
Ada tiga dasar injektor, yaitu :
- Hentikan aliran/ stop flow : injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam aliran kecil dan resolusi tidak dipengaruhi.
- Septum : injektor-injektor langsung ke aliran fase gerak umumnya sama dengan yang digunakan pada kromatografi gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Disamping itu, partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
- Katup putaran (loop valve) : Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 μl dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi ke dalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom.
d. Kolom
Kolom adalah jantung kromatografi.
Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan
kondisi percobaan yang sesuai. Kolom dibagi menjadi 2 kelompok ;
- Kolom analitik : diameter khas adalah 2-6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis kemasan. Untuk kemasan pellikular, panjang yang lumrah adalah 50-100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, umumnya 10-30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
- Kolom preparatif : umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25-100 cm.
e. Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan di dalam aliran yang keluar dari kolom. Detektor-detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi tanggapan untuk semua tipe senyawa.
Detektor yang paling banyak digunakan dalam kromatografi cair modern kecepatan tinggi adalah detektor spektrofotometer uv 254 nm. Bermacam-macam detektor dengan variasi panjang gelombang uv-vis sekarang menjadi populer karena mereka dapat digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa dalam rentang yang luas.
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan di dalam aliran yang keluar dari kolom. Detektor-detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi tanggapan untuk semua tipe senyawa.
Detektor yang paling banyak digunakan dalam kromatografi cair modern kecepatan tinggi adalah detektor spektrofotometer uv 254 nm. Bermacam-macam detektor dengan variasi panjang gelombang uv-vis sekarang menjadi populer karena mereka dapat digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa dalam rentang yang luas.
Analisis HPLC
HPLC adalah
alat yang sangat bermanfaat dalam analisis. Prinsip dasar dari HPLC adalah
memisahkan setiap komponen dalam sample untuk selanjutnya diidentifikasi
(kualitatif) dan dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing komponen
tersebut (kuantitatif). Sebetulnya hanya ada dua hal utama yang menjadi krusial
point dalam metode HPLC. Yang pertama adalah proses separasi/pemisahan dan yang
kedua adalah proses identifikasi. Dua hal ini mejadi faktor yang sangat penting
dalam keberhasilan proses analisa.
Aplikasi
analisis HPLC adalah untuk penentuan kualitatif dan penentuan kuantitatif.
Penentuan
Kualitatif
HPLC digunakan untuk analisa kualitatif didasarkan pada waktu retensi untuk
identifikasi. Identifikasi dapat diandalkan apabila waktu retensi sampel
dibandingkan dengan larutan standar.
Penentuan
Kuantitatif
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar HPLC dapat dipergunakan untuk
penentuan secara kuantitatif adalah:
1)
Parameter
percobaan sama antara standar dan sampel
2)
Penentuan
berdasarkan waktu retensi sampel dan standar yang sama
3)
Penentuan kadar
dilakukan berdasarkan hubungan (korelasi) dengan menggunakan larutan standar
seri pada waktu retensi tertentu.
·
Berdasarkan
area kromatogram
·
Berdasarkan
tinggi puncak kromatogram
Hasil analisa
HPLC diperoleh dalam bentuk signal kromatogram. Dalam kromatogram akan terdapat
peak-peak yang menggambarkan banyaknya jenis komponen dalam sample.
Sample yang
mengandung banyak komponen didalamnya akan mempunyai kromatogram dengan banyak
peak. Bahkan tak jarang antar peak saling bertumpuk (overlap). Hal ini akan
menyulitkan dalam identifikasi dan perhitungan konsentrasi. Oleh karena itu
biasanya untuk sample jenis ini dilakukan tahapan preparasi sample yang lebih
rumit agar sample yang siap diinjeksikan ke HPLC sudah cukup bersih dari
impuritis. Sample farmasi biasanya jauh lebih mudah karena sedikit mengandung
komponen selain zat aktif. Sample ini umumnya hanya melalui proses pelarutan
saja.
Contoh kromatogram dengan banyak peak
Kesulitan biasanya
dihadapi ketika akan mengidentifikasi suatu kromatogram yang terdiri atas
banyak peak. Untuk mengetahui peak mana yang merupakan milik analat (zat target
analisa) kromatogram dibandingkan dengan kromatogram standard. Cara yang paling
umum untuk mengidentifikasi adalah dengan melihat Retention time (RT). Peak
yang mempunyai RT yang sama dengan standard umumnya akan langsung di vonis
sebagai peak milik analat. Memang senyawa/zat yang sama akan mempunyai RT yang
juga sama, dengan catatan sample dan standard dijalankan dengan kondisi dan
sistem HPLC yang sama. Namun bukan berarti RT yang sama pasti merupakan
zat/senyawa yang sama. Disinilah para analis biasanya terkecoh.
Jadi, melihat
RT sebetulnya belumlah cukup untuk mengidentifikasi suatu zat. Hal lain yang
perlu dilihat adalah spektrum 3D dari signal kromatogram. Zat yang sama akan
mempunyai spektrum 3D yang juga sama. Sehingga jika spektrum 3D antara dua zat
berbeda, maka kedua zat tersebut juga dipastikan adalah zat yang berlainan,
meskipun memiliki RT yang sama (Riyadi, 2008).
APLIKASI HPLC
Beberapa aplikasi HPC dalam kehidupan :
1)
HPLC dengan
prinsip kromatografi banyak digunakan pada industri farmasi dan pestisida.
2)
Zat- zat
dengan kepolaran berbeda yaitu antara sedikit polar sampai polar dapat
dipisahkan dengan HPLC berdasarkan partisi cair-cair.
3)
Asam-asam
nukleat dapat dipisahkan dengan kolom penukar ion yang dikombinasikan dengan
kolom butiran berlapis zat berpori.
4)
Morfin,
heroin dan semacamnya telah dapat dipisahkan dengan rezin Zipax-SAX.
5)
Dapat
memisahkan vitamin-vitamin yang larut dalam air.
6)
Digunakan
untuk menentukan berat molekul polimer dan masalah-masalah biokimia.
1. Analisis Ekstrak Etanol Rimpang Tanaman Zingiberaceae
Rimpang tanaman Zingiberaceae pada umumnya mengandung metabolit sekunder
golongan minyak atsiri sebagai zat kandungan yang menguap dan golongan lain
berupa zat yang tidak menguap dan bahkan pada beberapa Curcuma spp. dan
Kaempferia spp. terdapat komponen utama yang terkristalkan dari ekstrak total
yang diuapkan pelarutnya (etanol, heksan) sebagai komponen utama. Banyaknya
komponen kandungan dalam rimpang dengan berbagai polaritas menuntut penggunaan
metoda analisis kromatografi instrumental dengan selektifitas (resolusi) yang
tinggi, kromatografi cari kinerja tinggi (HPLC) untuk komponen yang termolabil,
seperti dilakukan untuk stabilitas kandungan gingerol dari rimpang Jahe dan
andrografolid dari Sambiloto.
Untuk mendapatkan metoda HPLC dengan resolusi tinggi dibutuhkan cara eluasi
gradient, dengan program menurun polaritasnya, yaitu mulai dari 10% metanol
sampai metanol 100% dan pada umumnya ditambahkan asam fosfat sebagai cara untuk
menekan ionisasi senyawa metabolit sekunder tanaman yang umumnya bersifat asam,
seperti prinsip pasangan ion.
Sampel analisis HPLC dibuat dari simplisia rimpang bentuk serbuk
dimaserasi-perkolasi dengan pelarut bahan sampai diperoleh perkolat 10 kali
berat bahan. Perkolat diuapkan dengan rotavapor sampai diperoleh kepekatan 1 ml
ekstrak = 1 gram serbuk simplisia, diperoleh suatu ekstrak total. Sebelum
ekstrak dianalisis HPLC, dilarutkan kembali dalam metanol ( 10X), kemudian
dilakukan filtrasi melalui " Sepak " (SPE C18 1 X 1 cm) untuk
selanjutnya diinjeksikan sejumlah 20 ul ke HPLC.Kondisi HPLC dalam penelitian adalah
sbb.: Eluasi dilakukan gradien pada kondisi awal Solvent-A (As-fosfat 0,1 N
dalam aquabidestillata) : Solvent B (Metanol pro HPLC) = 90 10; kemudian program gradien linear selamn 35 menit
menuju 100% Metanol, dilanjutkan 15 menit Metanol 100%, dilanjutkan program
pencucian kolom dengan 40% MetOH selama 10menit, dan diakhiri kembali kekondisi
awal (10% MetOH) dalam waktu 5 menit. Kromatogram direkam selama total waktu 60
menit. Setiap kali injeksi bahan uji (ekstrak) memerlukan waktu 75 menit,
kemudian dapat langsung diinjeksikan bahan uji berikutnya. Analisis HPLC
dilakukan pada setiap sampel ekstrak dengan kondisi eluasi dan deteksi pada
panjang gelombang 254 nm 365 nm. Analisis data : Sidik jari HPLC masing-masing
ekstrak dianalisis dan dibedakan berdasarkan jumlah puncak komponen dan waktu
retensinya untuk dicari karakterisasinya jika ada dalam campuran atau dalam
produk.
Dari hasil pengamatan kromatogram, dapat disimpulkan bawah pada ekstrak C.domestica, C.xanthorrhiza dan C.zedoaria, jumlah puncak pada 254nm sama dengan jumlah puncak yang muncul pada 365nm juga dan jumlah puncak pada 365nm lebih besar dari pada jumlah puncak 254nm, sehingga untuk membuat sidik jari kromatogram HPLC terbaik digunakan deteksi pada 365nm. Pada ekstrak Alpinia galanga, Z.cassumunar, Z.zerumbet dan K.galanga, jumlah puncak pada 365nm sama dengan jumlah puncak yang muncul pada 254nm juga dan jumlah puncak pada 254nm lebih besar dari pada jumlah puncak 365nm, sehingga untuk membuat sidik jari kromatogram HPLC terbaik digunakan deteksi pada 254nm. C heyneana, C aeroginosa, Z offinalis, K pandurata, K angustifolia dan K rotunda jumlah puncak yang muncul sama pada 254nm dan 365nm lebih kecil dari jumlah puncak pada 254nm dan pada 365nm, sehirigga untuk pembuatan sidik jari kromatogram HPLC harus digunakan kombinasi deteksi pada 254nm clan 365nm (Santosa, 2008)
Dari hasil pengamatan kromatogram, dapat disimpulkan bawah pada ekstrak C.domestica, C.xanthorrhiza dan C.zedoaria, jumlah puncak pada 254nm sama dengan jumlah puncak yang muncul pada 365nm juga dan jumlah puncak pada 365nm lebih besar dari pada jumlah puncak 254nm, sehingga untuk membuat sidik jari kromatogram HPLC terbaik digunakan deteksi pada 365nm. Pada ekstrak Alpinia galanga, Z.cassumunar, Z.zerumbet dan K.galanga, jumlah puncak pada 365nm sama dengan jumlah puncak yang muncul pada 254nm juga dan jumlah puncak pada 254nm lebih besar dari pada jumlah puncak 365nm, sehingga untuk membuat sidik jari kromatogram HPLC terbaik digunakan deteksi pada 254nm. C heyneana, C aeroginosa, Z offinalis, K pandurata, K angustifolia dan K rotunda jumlah puncak yang muncul sama pada 254nm dan 365nm lebih kecil dari jumlah puncak pada 254nm dan pada 365nm, sehirigga untuk pembuatan sidik jari kromatogram HPLC harus digunakan kombinasi deteksi pada 254nm clan 365nm (Santosa, 2008)
2. Analisis
Vitamin C
Metode HPLC juga dapat digunakan
sebagai dasar dari analisis vitamin C, yakni dalam menentukan susunan
kimianya.Susunan kimia vitamin C ditemukan pada tahun 1933 oleh ilmuwan Inggris
dan Swiss. Isolasi asam askorbat mula-mula ditemukan oleh King dari USA dan
Szent-Gyorgy dari Hungaria. Vitamin ini mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk
oksidasi (bentuk dehydro) dan bentuk reduksi. Kedua bentuk ini mempunyai
aktivitas biologi. Dalam makanan bentuk reduksi yang terbanyak. Banyak dehydro
dapat terus teroksidasi menjadi diketogulonic acid yang inaktif.
3. Analisis Anion Nitrat (NO3-)
Nitrat sebagai hasil proses alami atau industri akan bisa memasuki bahan
alam atau bahan industri seperti air yang sangat dibutuhkan manusia atau untuk
kebutuhan industri. Kandungan dalam jumlah tertentu akan sangat mempengaruhi
kualitas air tersebut. Untuk itu diperlukan suatu metode analisis yang teruji
untuk mengukur kandungan nitrtat tersebut. Dengan menggunakan HPLC sebagai
instrumen analisis dan dengan pengembangan metode dapat diketahui validitas
penggunaan HPLC untuk analisis anion nitrat. Dari beberapa model pemutakhiran
HPLC diketahui metode analisis HPLC dengan kolom IC Pak Anion serta eluen
campuran Na-Borat glukonat : Butanol : Asetonitril (1:1:10) dan detektor
Konduktivitas dapat menganalisis ion nitrat dalam air tangki reaktor, dengan
batas deteksi 3,661 ppm dan sensitivitas 0,01 ppm serta uji recovery 110,41+
1,59% (Setiawan, 2008).
Validasi
HPLC Untuk Analisis Anion Nitrat (NO3‑)
4. Pengukuran Tingkat Kematangan Buah Manggis
Mutu buah-buahan segar saat ini umumnva masih dievalusi secara manual yang
menggunakan tanda-tanda visual seperti warna kulit. Hasil evaluasi visual yang
hanya menilai sifat fisik bagian luar ini tidak selalu mencerminkan tingkat
kematangan dan kerusakan bagian dalam buah. Bila ingin menentukan mutu bagian
dalam buah harus digunakan cara kimia basah (HPLC) yang bersifat merusak. Dalam menanggulangi masalah ini perlu
dilakukan suatu penelitian mengenai teknologi tertentu yang dapat dimanfaatkan
untuk menentukan mutu bagian dalam
buah-buahan secara tidak merusak.
Hasil penelitian tugas akhir yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode
ultrasonik dapat dipakai untuk menentukan tingkat kematangan buah manggis
secara tidak merusak. Berdasarkan basil kalibrasi 80 buah manggis, kecepatan
gelombang ultrasonik yang merambat melalui buah manggis untuk tiap tingkat
kematangan mempunvai nilai yang berbeda-beda. Buah manggis yang masih mentah
mempunyai kecepatan gelombang ultrasonik rata-rata 337.4 m/s, untuk buah
setengah matang 369.1 m/s, buah matang 397.4 mis, serta untuk buah Iewat matang
mempunyai nilai kecepatan rata-rata 449.6 mis. Nilai kecepatan rata-rata
gelombang ultrasonik yang merambat pada tiap tingkat kematangan buah digunakan
untuk membuat suatu persamaan empiris. Persamaan ini menghubungkan tingkat
kematangan terhadap kecepatan gelombang ultrasonik untuk memperkirakan tingkat
kematangan berdasarkan ultrasonik. diperoleh Tk = 0.0268 V 7.9258.
Persamaan empiris yang diperoleh diuji dengan pengukuran kecepatan pada
berbagai kondisi buah dengan warna visual yang beraneka ragam. Berdasarkan
basil uji coba 100 buah manggis diperoleh perbedaan perkiraan kematangan antara
ultrasonik dan warna kulit. Perbedaan tersebut mencapai 21%, hal ini
menunjukkan bahwa warna kulit belum tentu mencerminkan tingkat kematangan dan
kerusakan bagian dalam buah (Sudianto, 2007).
Referensi
Day, R.A dan Underwood, A.L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga,
Jakarta.
De
Lux Putra, E. (2007). Dasar-dasar Kromatografi Gas & Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. Fakultas Farmasi USU-Medan.
Ditjen
POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi ke IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Rohman,
Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Riyadi, Wahyu. 2008. Jurnal Identifikasi Signal Kromatogram HPLC. Bandung
Santosa, Mulya Hadi. 2008. Jurnal Perbedaan
Sidik Jari Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC) Dengan Sistem Eluasi Gradien
Diantara Berbagai Ekstrak Etanol Rimpang Tanaman Zingiberaceae. Surabaya
Setiawan, Budi. 2008. Jurnal
Alidasi HPLC Untuk Analisis Anion Nitrat (NO3-). Yogyakarta
Sudianto, Dadi. 2007. Jurnal Pengembangan Metode Pengukuran Tingkat Kematangan Buah Manggis Dengan
Ultrasonik. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar