Rabu, 10 Juni 2015

DIVERSIFIKASI MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum l.) DAN ROSEMARY (Rosmarinus officinalis) SEBAGAI ANTIKETOMBE

DIVERSIFIKASI MINYAK ATSIRI DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum l.) DAN ROSEMARY (Rosmarinus officinalis) SEBAGAI ANTIKETOMBE


Oleh: Dewi Hafidloh
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya

Dalam aktivitas sehari-hari hal yang penting untuk diperhatikan adalah kebersihan yang ada pada diri kita, salah satunya rambut yang dapat mengalami masalah ketombe. Ketombe disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi keseimbangan hormonal terganggu, proses metabolisme sel tidak sempurna, stres, emosi, dan genetik. Sedangkan faktor eksternal, meliputi perubahan biokimia pada lapisan epidermis kulit kepala, peningkatan jumlah dan kerja jamur maupun bakteri, serta reaksi kulit terhadap penggunaan obat-obatan dan kosmetik tertentu yang disebabkan oleh penggunaan kosmetik dan obat-obatan topikal. Selain faktor-faktor di atas, ketombe juga disebabkan oleh faktor iklim. Pada daerah yang iklimnya dingin didapati kasus ketombe yang meningkat (Harahap, 1990).
 Saat ini, khususnya remaja muslimah kebanyakan menggunakan jilbab sebagai penutup rambut atau para pemuda yang menggunakan helm sebagai penutup rambut ketika berpergian. Hal itu dapat memicu keluarnya keringat dikepala dengan cuaca yang panas sehingga menimbulkan ketombe dikulit kepala. Rambut berketombe dapat mengganggu aktivitas sehari-hari karena menimbulkan gatal serta menurunkan kepercayaan diri akibat menggaruk-garuk kepala disaat banyak orang disekitar.
Beberapa senyawa fungistatik yang digunakan sebagai sampo telah terbukti memperbaiki kondisi ketombe. Senyawa aktif utama meliputi turunan imidazol seperti ketokonazol dan senyawa lain seperti selenium sulfida, zinc pyrithione (ZnPTO), Piroctone Olamine, Cipropirox Olamine, dll. Tujuan utama dari produk antiketombe agar dapat menghilangkan sisik, mengurangi dan menghambat pertumbuhan jamur Malassezia (Pityrosporum) (Prabhamanju, 2009). Penelitian di Jepang melaporkan bahwa zinc pyrithione pada dosis sublethal dilaporkan bersifat teratogenik dan toksik pada ikan medaka (Bayo, 2005). Pengembangan tanaman obat untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan telah banyak dilakukan. Banyak penelitian untuk menemukan obat antiketombe yang berasal dari senyawa tanaman misalnya daun kemangi (Ocimum basilicum L.) dan daun rosemary (Rosmarinus officinalis).
Kemangi berasal dari Asia dan banyak ditanam sebagai tanaman hias di negara-negara Mediterania, termasuk Turki (Tada, 1996). Di Indonesia khususnya di Jawa tanaman ini sering ditemukan dipinggir jalan, ditempat gersang terbuka dekat pemukiman dan disekitar halaman rumah di pedesaan. Tananam kemangi ini banyak tumbuh didaerah tropis yang berupa semak, bercabang banyak dengan tinggi 0,3-1,5 m, dan memiliki bau yang khas (Maryati, 2007). Kemangi bagi masyarakat Indonesia terkenal sebagai lalapan, namun dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini beberapa ilmuan atau peneliti menemukan berbagai macam khasiat obat dari minyak atsiri kemangi.

Tanaman Kemangi (Ocimum basilicum L.)

Menurut Morales dan Simon (1996), kemangi memiliki minyak atsiri yang digunakan dalam makanan, perasa aromaterapi, parfum, sabun, dan sampo. Daun dan bunga kemangi secara tradisional digunakan sebagai antispasmodik, aromatik, memperlancar saluran pencernaan, sakit perut dan obat penguat (Chiej, 1984 ; Lust, 1983; dan Duke, 1985). Keseluruhan dari tanaman kemangi telah dilaporkan dapat digunakan sebagai obat demam, mual, perut kembung, radang usus, migren, susah tidur, depresi, kencing nanah, disentri, dan diare (Chopra, 1986). Secara eksternal, kemangi digunakan sebagai obat jerawat, sengatan lebah, gigitan ular, infeksi kulit (Martin, 2004).
   Minyak atsiri yang terkandung dalam kemangi diantaranya, linalool, nerol, neral, geraniol, geranial, β-kariofilen, α-trans-bergamotene, α-epi-kadinol, 1,8-sineole, (Z)-metil siamate, (E)-metil sinamate, metil kavicol (Blank et al, 2012), eugenol (Dewi, 2013). Salah satu dari minyak atsiri tersebut dapat digunakan sebagai sampo untuk menghilangkan ketombe. Ketombe merupakan suatu gangguan berupa pengelupasan kulit mati secara berlebihan di kulit kepala, kadang disertai pula dengan pruritus (gatal-gatal) dan peradangan (Toruan, 1989). Penyebab ketombe dapat berupa sekresi kelenjar keringat yang berlebihan atau adanya peranan mikroorganisme di kulit kepala yang menghasilkan suatu metabolit yang dapat menginduksi terbentuknya ketombe di kulit kepala (Harahap, 1990). Mikroorganisme yang diduga sebagai penyebab utama ketombe adalah Pityrosporum ovale (P.Ovale) atau Malassezia furfur. Jamur ini sebenarnya merupakan flora normal di kulit kepala, namun pada kondisi rambut dengan kelenjar minyak berlebih, jamur ini dapat tumbuh dengan subur (Figueras, 2000). Menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia (1992), sampo merupakan campuran dari bahan-bahan kimia tertentu yang dipergunakan untuk mencuci dan membersihkan rambut pada kulit kepala serta tidak membahayakan kesehatan pemakai. Hasil penelitian Dewi (2013) menunjukkan bahwa minyak atsiri daun kemangi mempunyai aktivitas antijamur terhadap Malassezia furfur secara in vitro pada konsentrasi 100% (v/v); 50% (v/v); 25% (v/v); 12,5% (v/v) dan 6,25% (v/v). Hasil tersebut menunjukkan bahwa minyak atsiri daun kemangi dimungkinkan mengandung senyawa yang mempunyai aktivitas terhadap antijamur. Dari beberapa senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri, yang diperkirakan mempunyai aktivitas terhadap Malassezia furfur adalah eugenol.
Eugenol merupakan senyawa golongan fenol yang juga mempunyai efek sebagai antiseptik. Menurut Siswandono (1995) dalam Maryati (2007) menjelaskan bahwa mekanisme antibakteri kemungkinan karena pengikatan senyawa fenol dengan sel bakteri, kemudian akan mengganggu permeabilitas membran dan proses transportasi. Hal ini mengakibatkan hilangnya kation dan makromolekul dari sel sehingga pertumbuhan sel akan terganggu atau mati. Pada konsentrasi rendah senyawa fenol akan menyebabkan denaturasi protein dan pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan koagulasi protein sehingga sel akan mati. Minyak atsiri daun kemangi lebih poten terhadap bakteri gram negatif dibanding pada bakteri gram positif. Hal ini berkaitan dengan permeabilitas dinding sel bakteri yang dipengaruhi oleh tebal tipisnya lapisan peptidoglikan dalam dinding sel. Bakteri gram negative mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis, terdiri dari 1-2 lapisan dan susunan dinding selnya tidak kompak sehingga memiliki permeabilitas yang cukup tinggi. Bakteri gram positif mempunyai susunan dinding sel yang kompak dengan lapisan peptidoglikan sebanyak 30 lapis sehingga permeabilitasnya rendah. Dengan permeabilitas yang rendah, maka zat aktif dari minyak atsiri akan mengalami kesulitan untuk menembus membran sel bakteri gram positif sehingga efek antibakterinya kurang optimal.
Bakteri gram negatif memiliki konsentrasi lipid yang tinggi di dalam dinding selnya, dan zat lipid ini akan larut dalam senyawa alkohol sehingga dengan adanya minyak atsiri daun kemangi yang mengandung eugenol (turunan fenol) akan merusak dinding sel bakteri dan menembus ke dalam sel sehingga sel akan mengalami kerusakan. Pada bakteri gram positif, dengan adanya senyawa fenolik maka dinding sel akan mengalami denaturasi protein. Protein menjadi keras dan beku, pori- pori mengecil sehingga hanya sedikit dari senyawa eugenol yang mampu menembus dinding sel. Mekanisme inilah yang mengakibatkan minyak atsiri daun kemangi lebih poten terhadap bakteri gram negatif disbanding pada bakteri gram positif.senyawa fenol yang mempunyai efek antiseptik dan bekerja dengan merusak membran sel.
Rosemary (Rosmarinus officinalis) merupakan spesies dari family Lamiaceae dan dari genus Rosmarinus. Tanaman tersebut merupakan rempah-rempah dan obat herbal yang banyak digunakan di seluruh dunia karena kandungan minyak atsirinya. Minyak atsiri rosemary mengandung beberapa senyawa pada konsentrasi yang agak berbeda. Hal ini ditandai dengan dua atau tiga komponen utama pada konsentrasi yang cukup tinggi (20 sampai 70%) dibandingkan dengan senyawa lain. Umumnya, komponen utama menentukan sifat-sifat biologis dari minyak esensial dan dapat bertindak secara sinergis atau mengatur satu sama lain. Minyak atsiri dari Rosmarinus officinalis yang tumbuh di provinsi SiChuan, Cina telah dilaporkan mengandung 1,8-cineole, α-pinene, dan β- pinene (Wang et al, 2008).  Penelitian yang dilakukan Gachkar et al. (2007), melaporkan kandungan utama dari rosemary adalah piperitone, linalol, dan α-pinene. Sedangkan hasil penelitian dari Graber et al (2010) menyebutkan kandungan utama dari minyak atsiri rosemary adalah β-mirsen, kampor, α-pinene, dan 1,8-cineole. Frankel et al, (1996) menyebutkan bahwa senyawa dari rosemary, adalah flavon, diterpenes, steroid, triterpen memiliki aktivitas antioksidan terutama terkait dengan dua diterpenes fenolik: asam karnosat dan karnosol. Sedangkan senyawa utama yang bertanggung jawab untuk aktivitas antimikroba adalah α-pinene, bornyl asetat, kamper dan 1,8-cineole (Daferera, Ziogas, Polissiou, 2000; 2003;. Pintore et al, 2002). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tanaman ini memiliki aktivitas antioksidan (Peng et al., 2005). Minyak atsiri rosemary juga digunakan sebagai antibakteri, antijamur (Oluwatuyi, Kaatz, Gibbons, 2004; Fernandez-Lopez et al, 2005;. Kabouche et al, 2005;. Rezzoug, Boutekedjiret, Allaf, 2005) dan agen antikanker (Leal et al., 2003).
Rosemary banyak tersedia secara komersial yang diproduksi sebagai sampo dan lotion untuk perawatan kulit kepala, antiketombe, bahkan banyak produk untuk pertumbuhan rambut (Anusha et al, 2013) dan sebagai aromaterapi (Phil, 2006). Selain itu rosemary juga dapat digunakan sebagai repelent alami terhadap serangga seperti nyamuk Aedes aegypti. Repelent adalah zat yang membuat serangga tidak tertarik terhadap manusia sehingga terhindar dari gigitannya (Rutledge, 2005).

Tanaman Rosemary (Rosmarinus officinalis)

Menurut artikel yang berjudul “Guide To Aromatherapy and Essential Oils” menyebutkan bahwa rosemary dan kemangi merupakan minyak atsiri sebegai tanaman “herbaceous” atau orang Jawa menyebutnya sebagai tanaman “jamu”. Beberepa referensi menunjukkan bahwa daun rosemary dan kemangi memiliki potensi yang sama yaitu sebagai antikotembe. Adapun formulasi ekstrak kemangi dan rosemary menjadi bentuk sediaan antiketombe setidaknya harus mengandung bahan-bahan diantaranya surfaktan, thickeners, foaming agent dan conditioning agent. Contoh formula sampo ditunjukkan pada Tabel 1. (Mottram, 2000).
Dimana kegunaan dari bahan-bahan tersebut diantaranya adalah sodium lauril sulfat merupakan detergent yang berfungsi untuk membersihkan kotoran dikulit kepala. Mekanisme kerjanya dengan menurunkan tegangan muka antara lemak dan air yang ada di kulit kepala. Cocamidopropyl betaine berperan sebagai surfaktan anionik. Cocamidopropyl betaine merupakan surfaktan sintetsis turunan dari minyak kelapa dan dimethylaminopropylamine yang bersifat switer ion. Tetrasodium EDTA berfungsi sebagai khelating agent atau antioksidan. Penambahan bahan ini agar senyawa-senyawa yang mudah teroksidasi tetap stabil. Preservative digunakan sebagai pengawet. Parfume berfungsi untuk memeperbaiki bau agar harum dan menyenagkan saat dipakai. Colour berfungsi agar tampilan sampo menjadi lebih bagus dan memberikan warna pada sampo. Asam sitat berfungsi sebagai pengatur pH. pH perlu diatur agar pH sampo dan pH kulit kepala sama.  Sodium kloride berfungsi sebagai pengatur viskositas. Pengaturan viskositas sangat penting karena berpengaruh pada saat pengisian sampo pada kemasan dan juga saat pemakaian  (Mottram, 2000). Water adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam sediaan sampo. Fungsi utama air adalah sebagai bahan pelarut. Air juga berfungsi untuk mengatur viskositas sampo. Minyak atsiri daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dan Rosemary (Rosmarinus officinalis) bisa digunakan sebagai zat aktif pada ketombe, pewarna dan pewangi. Minyak atsiri kulit jeruk Lime digunakan sebagai penyegar dalam formulasi sampo.

Tabel 1. Formula Sediaan Sampo Antiketombe dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) dan Rosemary (Rosmarinus officinalis)
Bahan (%)
Formulasi Sampoo Antiketombe dengan Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun kemangi (Ocimum basilicum L.) dan rosemary (Rosmarinus officinalis)
F0
(% w/w)
F1
(% w/w)
F2
(% w/w)
F3
(% w/w)
Sodium Laureth Sulfate (70%A)
7,7
7,7
7,7
7,7
Cocamidopropyl Betaine (30%A)
2
2
2
2
Tetrasodium EDTA
0,1
0,1
0,1
0,1
Preservative (Nipagin)
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Minyak Rosemary
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Minyak Kemangi
0
15
30
45
Citric Acid
Sampai pH 6
Sampai pH 6
Sampai pH 6
Sampai pH 6
NaCl
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan
Aquades
100 ml
100 ml
100 ml
100 ml
Keterangan: F0 = Formula sampo tanpa ekstrak daun kemangi dan ekstrak rosemary
F1 = Formula sampo dengan ekstrak daun kemangi dan ekstrak rosemary 15%
F2 = Formula sampo dengan ekstrak daun kemangi dan ekstrak rosemary 30%
F3 = Formula sampo dengan ekstrak daun kemangi dan ekstrak rosemary 45%

Menurut Putra (2009), menjelaskan bahwa sampo bekerja dengan melepaskan minyak alami rambut. Sebum adalah minyak yang disekresi oleh folikel rambut yang siap diserap oleh untaian rambut dan membentuk lapisan pelindung. Sebum melindungi struktur protein rambut dari kerusakan, tetapi pelindungan ini menyebabkan suatu akibat lain. Akibat itu adalah rambut cenderung mengumpulkan kotran dan serpihan dari kulit kepala dan rambut. Surfaktan melepaskan sebum dari poro-pori rambut dan dengan demikian kotoran pada rambut dapat dilepaskan. Sampo menggunakan jenis surfaktan yang berbeda yang seimbang untuk menghindari pelepasan minyak alami rambut secara berlebihan dari rambut.
Mekanisme kimia sampo yang mendasari pembersihan rambut adalah mirip dengan sabun tradisional. Rambut yang tidak rusak mempunyai permukaan hidrofobik dimana lemak dari kulit seperti sebum melekat, tetapi air pertama kali tetap ditolak. Lemak tidak mudah dilepaskan dari rambut dengan pembilasan menggunakan air tawar. Surfaktan anionik secara secara substansi menghilangkan ketegangan permukaan antarmuka dan memperhitungan pemindahan sebum dari pori rambut. Material non polar pada pori rambut dilarutkan dalam struktur misel surfaktan sampo dan dihilangkan selama pembilasan. Pembusaan terjadi karena pemijatan sampo pada kulit kepala. Berdasarkan mekanisme di atas dimungkinkan senyawa dalam tanaman kemangi dan rosemary mengalami mekanisme tersebut sebagai antiketombe.



DAFTAR PUSTAKA

Blank, A. F., Yvesmar, R. S. R., José, L. S. de Carvalho, F., Cleverton, A. dos Santos, M. de Fátima, A. B., Edenilson, dos Santos, N., Péricles, B. A.2012. A diallel study of yield components and essential oil constituents in basil (Ocimum basilicum L.). Industrial Crops and Products 38:93– 98.
Chiej, R. 1984. Encyclopaedia of Medicinal Plants. MacDonald: ISBN 0-356-10541-5.
Chopra, R. N, Nayar, S. L and Chopra, I. C. 1986. Glossary of Indian Medicinal Plants ( Including the Supplement). Council of Scientific and Industrial Research. New Delhi.
Dewi, Y. A., Wulanjati, M. P., Saifullah, T. N., Astuti, P. 2013. Formulasi mouthwash minyak atsiri daun kemangi (ocimum basilicum l.) Serta uji antibakteri dan antibiofilm terhadap bakteri streptococcus mutans secara in vitro. Trad. Med. J, Vol. 18(2), p 95-102.
Duke, J. A, Ayensu, E. S. 1985. Medicinal Plants of China. Reference Publications. Inc. : ISBN 0-917256-20-4.
Faixova, Z., Faix, S. 2008. Biological Effects Of Rosemary ( Rosmarinus officinalis L ,./ Essential Oil (A Review). Folia Veterinaria 52, 3-4: 135-139.
Fernández-López, J. et al. 2005. Antioxidant and antibacterial activities of natural extracts: application in beef meatballs. Meat Science, Alicante/Newton Abbot, Vol. 69, No. 3: 371-380.
Figueras M. J., J. Guarro, J. Gene, and de Hoog., G. S. 2000. Atlas of Clinical Fungi, 2nd ed, vol. 1. Centraalbureau voor Schimmelcultures, Utrecht, The Netherlands.
Gachkar, L., Yadegari, D., Rezaei, M.B., Taghizadeh, M., Astaneh, S.A., Rasooli, I., 2007. Chemical and biological characteristics of Cuminum cyminum and Rosmarinus officinalis essential oils. Food Chemistry, 102, 898-904.
Graber, M.F., Pérez-Correa, J.R., Verdugo, G., Del Valle, J.M., Agosin, E., 2010. Spinning cone column isolation of rosemary essential oil. Food Control, 21, 615-619.
Harahap, M, 1990. Penyakit kulit. Penerbit: PT Gramedia. Jakarta
Lust, J. 1983. The Herb Book. Bantam books: ISBN 0-553-23827-2.
Martin, K. W, Ernst, E. 2004. Herbal medicines for treatment of fungal infections: a systematic review of controlled clinical trials. Mycoses 47: 87-92.
Maryati, Fauzia, R. S., Rahayu, T. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Terhadap Staphylococcus aureus Dan Escherichia coli. Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Farmasi ; Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 8, No. 1: 30 – 38.
Morales, M.R., Simon, J.E., 1996. New basil selections with compact inflorescences for the ornamental market. In: Janick, J. (Ed.), Progress in New Crops. ASHS Press, Arlington, pp. 543–546.
Mottram, F.J., Lees, C.E., 2000, Hair Sampoos in Poucher's Perfumes, Cosmetics and Soaps, 10th Edn, Butler, H. (ed), Kluwer Academic Publishers. Printed in Great Britain.
Oluwatuyi, M., Kaatz, G. W., Gibbons, S. 2004. Antibacterial and resistance modifying activity of Rosmarinus officinalis. Phytochemistry, London/Detroit, Vol. 65, No. 24:3249-3254.
Peng, Y. et al. 2005. Determination of active components in rosemary by capillary electrophoresis with electrochemical detection. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, Fujian/Shanghai, Vol. 39, No. 3-4: 431-437.
Phil MEB, 2006. Yoga, Tai chi, Massage, Therapies and Healing Remedies.
Prabhamanju, M., S, G, Shankar., K. Babu and M.S. Ranjith. 2009. Herbal vs. chemical substances as antidandruff ingredients: which are more effective in the management of Dandruff? - An overview. Vol. 5 No 2:8.
Putra, H. 2009. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Shampoo Dengan Bhan Baku Sodium Layryl Ether Sulfonat Kapasitas Produksi 8.000 Ton/Tahun. Skripri Diterbitkan. Medan: Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Rutledge, C.R., Day, J.F., 2005. Mosquito Repellents. URL:http:// edis.ifas.ufl.edu
Tada, H., Murakami, Y., Omoto, T. et al. Rosmarinic Acid And Related Phenolics In Hairy Root Cultures Of Ocimum basilicum. Phytochemistry 42: 431-434, 1996.
Toruan, T. 1989. Ketombe dan Penanggulangannya. Jakarta : Pustaka.
Wang, W.,Wu, N., Zu, Y.G., Fu. Y.J., 2008. Antioxidative activity of Rosmarinus officinalis L. essential oil compared to its main components. Food Chemistry, 108, 1019- 1022.

1 komentar: